'Dibuang' Investor, Dolar AS Ambruk Lagi

Ilustrasi dolar AS. Foto: Xinhua.

'Dibuang' Investor, Dolar AS Ambruk Lagi

Husen Miftahudin • 12 April 2025 10:23

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) terus merosot terhadap mata uang utama pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) karena tarif impor mengguncang kepercayaan investor terhadap keamanan greenback.

Kondisi ini membuat mata uang Negeri Paman Sam tersebut jatuh ke level terendah dalam satu dekade terhadap franc Swiss dan level terendah tiga tahun terhadap euro.

Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 12 April 2025, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk yen dan euro, turun 0,56 persen menjadi 99,958, mencapai titik terendah sejak April 2022.

Dolar turun 0,9 persen pada 0,81650 terhadap franc Swiss, memperpanjang penurunan pada sesi sebelumnya ketika jatuh ke level terendah sejak Januari 2015. Dolar berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak November 2022.

Greenback turun 0,51 persen pada 144,05 yen setelah mencapai level terendah sejak September 2024. Dolar bersiap untuk penurunan mingguan terbesar sejak awal Februari.

Sementara di sisi lain, euro melonjak 1,25 persen menjadi USD1,134050, setelah mencapai level tertinggi sejak Februari 2022. Euro berada di jalur kenaikan mingguan terbesar sejak awal bulan lalu.

Mata uang tunggal di Benua Biru tersebut juga naik 0,43 persen terhadap pound sebagai tanda kinerja yang lebih baik. Pound naik 0,89 persen terhadap dolar, menjadi USD1,30825.
 

Baca juga: Rupiah Tergelincir Lagi ke Rp16.795/USD


(Ilustrasi dolar AS. Foto: Freepik)
 

Tiongkok kerek tarif impor dari AS jadi 125% 


Diketahui, Tiongkok membalas tindakan AS dengan meningkatkan tarifnya pada impor AS menjadi 125 persen dari 84 persen pada Jumat. Hal ini sebagai balasan terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan bea masuk pada barang-barang Tiongkok menjadi total 145 persen setelah menghentikan banyak kenaikan tarif terbarunya di sebagian besar negara.

Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengatakan, bank sentralnya siap untuk menggunakan instrumennya guna menjaga stabilitas keuangan dan memiliki rekam jejak yang solid dalam merancang alat saat dibutuhkan untuk menghadapi turbulensi.

Adapun, dolar telah terpukul keras oleh aksi jual global yang menyebar ke saham dan bahkan obligasi pemerintah AS yang merupakan tempat berlindung yang aman. Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun berada di jalur kenaikan mingguan terbesar sejak 2001.

Pelemahan dolar sebagian didorong oleh pandangan keistimewaan ekonomi AS memudar, dengan potensi resesi yang membayangi, dan peralihan dari dolar sebagai aset safe haven ke yen dan franc Swiss.

Data pada Jumat menunjukkan sentimen konsumen AS memburuk tajam pada April sementara ekspektasi inflasi 12 bulan melonjak ke level tertinggi sejak 1981 di tengah kekhawatiran atas ketegangan perdagangan.

Yuan Tiongkok juga merosot tajam terhadap euro, yang mencapai titik tertinggi dalam 11 tahun terhadap mata uang tersebut di pasar luar negeri.

Minggu ini, mata uang Tiongkok jatuh ke level terlemahnya yang pernah tercatat terhadap dolar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, meskipun sejak itu telah pulih. Dolar terakhir turun 0,45 persen terhadap yuan luar negeri pada 7,2807.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)