Podium Media Indonesia: Tragedi Al Khoziny

Dewan Redaksi Media Group Ade Alawi. MI/Ebet

Podium Media Indonesia: Tragedi Al Khoziny

Media Indonesia • 14 October 2025 05:42

FILSUF Karl Marx pernah membuat metafora yang sangat kontroversial bahwa agama ialah candu bagi masyarakat.

Metafora tentang agama yang ditulis dalam bahasa Jerman Die Religion ist das Opium des Volkes pada 1843 itu membuat silang pendapat yang berkepanjangan, bahkan hingga kini.

Menurut Marx, agama hanyalah alat penguasa untuk membungkam kaum proletar agar mereka tidak peduli dengan penderitaan yang mereka alami.

Mereka, lanjut Marx, tutup mata dengan ketidakadilan dan praktik-praktik kekuasaan lainnya yang menindas.

Musababnya, agama telah memberikan 'bius' dan menciptakan ilusi yang menyenangkan dengan janji-janji surga bagi kaum tertindas.

Sebenarnya bukan hanya penguasa yang memberikan 'opium' bagi umat, ada juga pihak-pihak di struktural ataupun kultural yang juga 'membius' umat untuk memperkaya diri dan memperkuat bargaining position sehingga umat teperdaya dan tumpul daya kritisnya.

Sejatinya, agama memang bukan candu yang membuat umat 'mabuk agama'. Dalam Islam, misalnya, dituntut keseimbangan dunia dan akhirat. Keseimbangan di kedua alam itu akan terjadi manakala berbasis kebaikan. Kebaikan di dunia akan menjadi bekal untuk kehidupan akhirat kelak, alam baqa, kehidupan kekal tanpa akhir.

Dengan demikian, umat diwajibkan berusaha untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, menggunakan akalnya, daya pikir, meningkatkan keilmuan, sehingga tercapai derajat yang tinggi sebagai manusia di atas makhluk hidup lainnya.

Sikap hidup seorang yang beragama bukan bersandarkan kepasrahan total (fatalis) kepada Sang Khalik sehingga tidak berbuat apa-apa untuk menjadi lebih baik, menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan semesta alam.
 

Baca Juga: 

Santri Ponpes Al Khoziny Asal Surabaya Dipastikan Dapat Pendampingan Khusus


Cendekiawan Nurcholish Madjid atau akrab disapa Cak Nur dalam bukunya, Pintu-Pintu Menuju Tuhan (2004:25), mengatakan percaya kepada takdir dengan mengikuti petunjuk Al-Qur'an justru menjadi bekal bagi keberhasilan hidup.

Sesungguhnya, kata Cak Nur, percaya kepada takdir jangan mengakibatkan fatalisme. Sebaliknya, kepercayaan kepada takdir, lanjutnya, akan menjadikan pribadi dengan jiwa seimbang, tahu diri, dan tidak gentar menghadapi kesulitan di masa depan. "Karena kita percaya 'campur tangan' Tuhan," ujarnya.

Belakangan perdebatan tentang takdir mengemuka di media sosial seiring dengan munculnya musibah ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025, sore.

Peristiwa memilukan terjadi ketika ratusan santri ponpes salah satu tertua di Jatim itu, usia seabad lebih, sedang melaksanakan salat Asar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyebutkan korban tewas mencapai 67 orang, termasuk delapan bagian tubuh (body part).

Total korban terevakuasi mencapai 171 orang, terdiri 104 korban selamat. Dari jumlah korban meninggal, baru 34 yang teridentifikasi.



Duka mendalam kita rasakan, khususnya, wali santri, atas jatuhnya korban jiwa. Anak-anak tercinta sedang jihad fi sabilillah (berjihad di jalan Allah), mencari ilmu, tetapi berakhir petaka.

Musibah di ponpes yang didirikan KH Raden Khozin Khoiruddin itu, menurut Basarnas, ialah musibah dengan korban terbesar secara nasional pada tahun ini.

Menurut Kepala Subdirektorat Pengarahan dan Pengendalian Operasi Bencana Badan SAR Nasional Emi Freezer, bangunan Ponpes Al Khoziny mengalami kegagalan konstruksi. Bangunan itu tidak memenuhi standar teknis.

Di tengah duka dan keprihatinan yang mendalam, pernyataan pimpinan Ponpes Al Khoziny sangat mengejutkan. Menurutnya, musibah yang menimpa para santrinya ialah takdir dan meminta kepada para wali santri bersabar.

Memang kita harus percaya dengan takdir karena termasuk rukun iman. Namun, semata-mata menyerahkan kepada takdir tanpa berusaha menciptakan bangunan yang berkualitas, memenuhi standar keselamatan, ialah tindakan yang tidak tepat.
 
Baca Juga: 

Istana Kaji Penggunaan APBN untuk Pembangunan Pondok Pesantren


Publik menanti sikap kooperatif pimpinan ponpes dan kontraktor yang amburadul membangun ponpes kepada penyidik Polda Jatim karena hal itu merupakan bentuk pertanggungjawaban.

Kita memaklumi Polda Jatim sangat berhati-hati menangani kasus yang menjadi atensi publik itu. Namun, penegakan hukum harus dilaksanakan sebagai pembelajaran agar kasus serupa tak terulang lagi di kemudian hari. Law enforcement demi kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatn bagi masyarakat.

Membangun gedung baik pribadi atau publik, seperti pesantren, harus tunduk pada ketentuan yang berlaku, yakni Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.

Di sisi lain, pemerintah, wabil khusus Kementerian Agama, belum optimal mendukung eksistensi pesantren, termasuk Al Khoziny yang notabene sebagai ponpes bersejarah.

Pemerintah sebatas kebakaran jenggot dengan rencana audit bangunan pesantren pascamusibah Ponpes Al Khoziny. Menteri Pekerja Umum (PU) Dody Hanggodo mengungkap ponpes yang memiliki izin persetujuan bangunan gedung (PBG) hanya 51 dari sekitar 42 ribu yang tersebar di Indonesia.

Yang tak kalah pentingnya ialah pemerintah bersama organisasi keagamaan membuat standar tata kelola pesantren. Tujuannya agar pesantren menjadi lingkungan yang aman dan nyaman bagi santri.

Dengan demikian, tak ada lagi kasus kekerasan fisik, mental, dan seksual yang belakangan ini semakin marak dan menyeramkan.

Tugas pesantren semakin berat ke depan. Setidaknya, ada tiga tantangan, pertama, mencetak ulama yang mumpuni dan berintegritas.

Kedua, modernitas, kemampuan beradaptasi dengan kemajuan zaman, dan, ketiga, krisis kebangsaan, seiring dengan merebaknya paham transnasional yang merongrong NKRI.

Semestinya pesantren lebih terlindungi dengan hadirnya Undang-Undang Noor 18 Tahun 2018 tentang Pesantren. Ponpes Al Khoziny telah berkontribusi bagi bangsa ini jauh sebelum Republik Indonesia berdiri melalui perjuangan masyayikh. Mari kita jaga Al Khoziny. Tabik!

(Dewan Redaksi Media Group Ade Alawi)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)