Delegasi Hamas dan Mesir bertemu di Kairo, 27 Januari 2025. (Dok. Hamas.info)
Riza Aslam Khaeron • 4 March 2025 15:14
Kairo: Proposal baru yang disusun oleh Mesir dilaporkan bertujuan untuk menyingkirkan Hamas dari pemerintahan di Gaza dan menggantinya dengan badan interim yang dikendalikan oleh negara-negara Arab, Muslim, dan Barat.
Rencana ini muncul di tengah upaya diplomasi negara-negara Arab untuk menghadapi proposal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ingin mengambil alih Jalur Gaza pascaperang.
Melansir Times of Israel (ToI) pada Selasa, 4 Maret 2025, proposal Mesir yang akan diajukan dalam pertemuan Liga Arab tidak secara jelas menyebutkan apakah akan diterapkan sebelum atau setelah adanya kesepakatan permanen untuk mengakhiri perang di Gaza.
Selain itu, dokumen ini juga tidak memberikan rincian bagaimana Hamas akan disingkirkan, bagaimana Gaza akan dibangun kembali, atau siapa yang akan membiayai proses rekonstruksi.
Sebuah preambule dalam proposal tersebut menyatakan bahwa “tidak akan ada pendanaan internasional yang besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Gaza jika Hamas tetap menjadi elemen politik dominan dan bersenjata yang mengendalikan pemerintahan lokal.” Dengan demikian, proposal ini secara eksplisit menyingkirkan Hamas dari kepemimpinan di Gaza, meskipun tidak menjelaskan secara rinci mekanisme pelaksanaannya.
Proposal Mesir ini juga tidak memberikan peran utama kepada Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Tepi Barat. Padahal, PA sebelumnya telah menyatakan keinginan mereka untuk memimpin rekonstruksi Gaza pascaperang. Sejumlah pejabat Palestina menyatakan bahwa Gaza tetap berada di bawah yurisdiksi PA dan harus dikelola oleh pemerintahan Palestina, bukan oleh pihak asing.
Menurut ToI, Mesir, Yordania, dan negara-negara Teluk telah berusaha selama hampir sebulan untuk menyusun rencana diplomatik guna menyaingi proposal Trump yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan kawasan. Rencana Trump yang ingin mengambil alih Gaza secara langsung telah menimbulkan kemarahan di negara-negara Arab dan Muslim.
Sementara itu, Hamas menegaskan bahwa mereka tidak mengetahui adanya proposal tersebut. Pejabat senior Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan, “Hari setelah perang di Gaza hanya dapat diputuskan oleh rakyat Palestina sendiri. Hamas menolak setiap upaya untuk memaksakan proyek atau bentuk pemerintahan non-Palestina di Jalur Gaza.”
Proposal Mesir ini juga mencakup pembentukan Misi Bantuan Pemerintahan yang akan menggantikan administrasi Hamas di Gaza untuk periode sementara. Misi ini bertanggung jawab atas bantuan kemanusiaan dan awal rekonstruksi di Gaza. Namun, tidak ada detail mengenai siapa yang akan memimpin badan tersebut atau bagaimana mekanisme kerja samanya dengan pemerintahan lokal.
Sebagai bagian dari usulan ini, Mesir juga menyarankan pembentukan Pasukan Stabilisasi Internasional yang akan mengambil alih tugas keamanan di Gaza dari Hamas. Pasukan ini akan direkrut terutama dari negara-negara Arab dengan tujuan membentuk kekuatan kepolisian lokal di masa mendatang.
Baca Juga: Indonesia Kecam Israel yang Berupaya Melemahkan Kesepakatan Gencatan Senjata |