Presiden Rusia Vladimir Putin. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 9 September 2025 10:35
Moskow: Kremlin menyatakan bahwa tidak ada sanksi yang dapat memaksa Rusia mengubah arah kebijakannya dalam perang di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan Pemerintah Rusia beberapa jam setelah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa menyatakan tengah mempertimbangkan pemberlakuan sanksi ekonomi tambahan.
Barat telah menjatuhkan puluhan ribu sanksi terhadap Rusia atas perang yang telah berlangsung 3,5 tahun di Ukraina dan aneksasi Krimea pada 2014, dengan tujuan melemahkan ekonomi Rusia yang bernilai USD2,2 triliun dan mengurangi dukungan terhadap Presiden Vladimir Putin.
Putin menegaskan ekonomi Rusia, yang tumbuh lebih cepat daripada negara-negara G7 dan berhasil bertahan meski banyak prediksi Barat meramalkan kehancuran, tetap kuat. Ia memerintahkan para pejabat dan pebisnis untuk melawan sanksi dengan segala cara.
“Tidak ada sanksi yang dapat mampu memaksa Federasi Rusia mengubah posisi konsisten yang telah berulang kali diungkapkan presiden kami,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan Alexander Yunashev, dikutip dari AsiaOne, Selasa, 9 September 2025.
Presiden AS Donald Trump menyatakan pada Minggu kemarin bahwa ia siap melanjutkan ke fase kedua sanksi terhadap Rusia, yang merupakan indikasi paling dekat ia akan memperketat sanksi terhadap Moskow atau pihak yang membeli minyaknya. Presiden Dewan UE Antonio Costa mengatakan sanksi baru Uni Eropa tengah dikordinasikan secara erat dengan AS.
Rusia kini menguasai sepertiga wilayah Ukraina dan melancarkan serangan udara terbesar sejak perang dimulai pada akhir pekan lalu, yang membakar gedung pemerintahan utama di Kyiv dan menewaskan setidaknya empat orang, menurut pejabat Ukraina.
Moskow menyatakan telah menggunakan pesawat, drone, rudal, dan artileri untuk menyerang pabrik senjata, pangkalan udara, gudang, dan infrastruktur transportasi yang digunakan militer Ukraina.
Baca juga: Putin Tegaskan Tak Perlu ada Pasukan Asing di Ukraina Usai Perdamaian