Bos The Fed: Kita akan Lebih Sering Hadapi Guncangan

Ketua The Fed, Jerome Powell. Foto: Xinhua

Bos The Fed: Kita akan Lebih Sering Hadapi Guncangan

Eko Nordiansyah • 16 May 2025 15:14

Washington: Ketua Federal Reserve Jerome Powell memperingatkan ekonomi global mungkin memasuki masa baru yang ditandai dengan inflasi yang lebih fluktuatif akibat guncangan pasokan yang lebih sering dan persisten.

"Kita mungkin memasuki periode dimana guncangan pasokan lebih sering dan bertahan lama. Ini tantangan besar bagi perekonomian dan bank sentral," ujar Powell dalam pidatonya di Konferensi Riset Thomas Laubach dikutip Wall Street Journal, Jumat, 16 Mei 2025.

Peninjauan ini adalah bagian dari agenda lima tahunan Federal Reserve untuk mengevaluasi cara mereka menyeimbangkan dua mandat utama, yaitu, menjaga stabilitas harga dan memaksimalkan lapangan kerja.

Dalam pidatonya, Powell menyatakan bahwa kerangka lama yang disusun pada tahun 2020, saat krisis covid-19 memuncak, tidak lagi memadai untuk kondisi ekonomi saat ini yang penuh ketidakpastian dan suku bunga riil yang lebih tinggi.

Kerangka 2020 memperkenalkan strategi "flexible average inflation targeting", membiarkan inflasi sedikit melebihi target dua persen demi mendukung pemulihan lapangan kerja.

Namun strategi ini terbukti rapuh ketika inflasi melonjak tajam hingga 9,1 persen pada 2022. Powell mengakui pendekatan "overshoot" tersebut “tidak lagi relevan” dalam diskusi kebijakan saat ini.
 

Baca juga: 

Fed Bakal Pertimbangkan Tinjau Ulang Kebijakan Moneter



(Ilustrasi. Foto: Freepik)

Pertimbangkan pendekatan baru

Kini, The Fed tengah mempertimbangkan pendekatan baru yang lebih realistis terhadap volatilitas harga, serta komunikasi yang lebih transparan terhadap ketidakpastian ekonomi. “Pertanyaan kritisnya adalah bagaimana memperluas pemahaman publik terhadap ketidakpastian ekonomi,” kata Powell.

Para pengambil kebijakan juga membahas apakah target lapangan kerja harus mempertimbangkan “penyimpangan ke bawah dan ke atas” dalam tingkat pengangguran, bukan hanya ketika terlalu tinggi. Sebab, tingkat pengangguran yang terlalu rendah juga dapat memicu inflasi yang berlebihan.

Tekanan politik juga muncul setelah Presiden Donald Trump mengkritik Powell melalui media sosial. Trump mendesak The Fed menurunkan suku bunga seperti yang dilakukan Eropa dan Tiongkok. Namun Powell tidak menanggapi kritik tersebut secara langsung.

Meski belum akan langsung mengubah suku bunga, peninjauan kebijakan ini diperkirakan akan selesai pada Agustus atau September 2025. Hasilnya akan memperkuat kredibilitas jangka panjang The Fed di tengah perubahan lanskap ekonomi global yang semakin tidak menentu.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)