Pengamat: Cawapres Hanya Dongkrak Elektabilitas 1-2%

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan. Medcom.id/Theo

Pengamat: Cawapres Hanya Dongkrak Elektabilitas 1-2%

Medcom • 11 August 2023 15:49

Jakarta: Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan mengatakan pengaruh calon wakil presiden (cawapres) dalam mendongkrak elektabilitas calon presiden (capres) tidak terlalu signifikan. Pengaruhnya hanya sekitar 1-2 persen apabila dilihat dari berbagai nama bakal cawapres yang digadang-gadang saat ini.

“Kalau mendongkrak enggak, enggak terlalu banyak, paling dongkrak 1-2 persen dari nama-nama cawapres yang ada. Tapi kalau dia salah pilih, itu bisa mengakibatkan suaranya anjlok gitu loh,” kata Djayadi, Jakarta, Jumat, 11 Agustus 2023.

Djayadi menilai tingkat pertarungan elektabilitas tidak akan berbeda jauh apabila memilih nama-nama 10 besar bakal cawapres yang ada, seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Khofifah Indar Parawansa, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, Gibran Rakabuming Raka, dan lainnya.

“Artinya siapa pun cawapres yang dipilih capres ini di antara nama-nama yang sudah beredar ya. Kecuali, ada nama yang tiba-tiba di luar perkiraan, nah itu bisa menimbulkan masalah,” ujar dia.

Djayadi menyebut pemilihan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai bakal cawapres juga tidak serta merta meningkatkan elektabilitas. Sebab, setiap pemilih memiliki sikap berbeda-beda.

“Ada NU yang lebih ke Cak Imin PKB, ada NU yang mungkin lebih cenderung ke Mahfud, ada NU yang lebih cenderung ke Yenny, atau ada NU yang mau menerima Erick sebagai orang baru NU, misalnya,” ucap dia.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Yahya Choliq Staquf alias Gus Yahya menegaskan pihaknya tidak berpihak kepada kekuatan politik mana pun. Bahkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) disebut bukan partai yang merepresentasikan NU.

Djayadi melihat faktor dukungan para kiai atau ulama ini patut dipertimbangkan. “Kan beda-beda tuh. Ada kiai NU yang dukung Prabowo, ada kiai NU yang dukung Ganjar, ada kiai NU yang dukung Anies,” ucap dia.

Namun, dia menjelaskan pertimbangannya tidak hanya pada elektabilitas. Tetapi tawar menawar siapa capres dan cawapres, melihat setiap partai butuh memenuhi presidential threshold (PT) 20 persen untuk bertarung di Pilpres 2024.

“Untuk memperoleh tiket 20 persen itu, kecuali PDIP, Prabowo sama Anies itu perlu beberapa partai. Bagaimana partai-partai bergabung? Antara lain tawar-tawaran siapa capres, siapa cawapres,” jelas dia.

(Nadia Ayu Soraya)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)