Ilustrasi rupiah. Foto: MI.
Arif Wicaksono • 4 September 2024 16:20
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Rabu, naik.
Pada akhir perdagangan Rabu, rupiah ditutup menanjak 46 poin atau 0,30 persen menjadi Rp15.480 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.526 per USD.
"Tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar 2,12 persen, sejalan dengan ekspektasi pasar dan berada dalam kisaran target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5 persen," kata Analis Finex, Brahmantya Himawan dikutip dari Antara, Rabu, 4 September 2024.
Rupiah menguat setelah pemerintah berhasil menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp22 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp45,49 triliun pada lelang obligasi pada Selasa, 3 September 2024.
Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp22,17 triliun pada Selasa, 3 September 2024, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan Senin, 2 September 2024, yang sebesar Rp17,63 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia turun sebesar Rp0,56 triliun menjadi Rp851 triliun atau 14,48 persen dari total yang beredar pada Senin, 2 September 2024.
Tekanan terhadap dolar AS
Di sisi eksternal, kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) muncul kembali. Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh indikator manufaktur dan indikator sektor konstruksi yang lebih rendah dari perkiraan.
S&P Global US Manufacturing PMI pada Agustus 2024 turun menjadi 47,9, dan bahkan lebih rendah dari perkiraan konsensus sebesar 48. Sementara itu, ISM Manufaktur AS pada Agustus 2024 meningkat menjadi 47,2 dari 46,8, meskipun lebih rendah dari perkiraan sebesar 47,5 dan masih dalam fase kontraksi.
Data sektor manufaktur AS yang lebih lemah mengindikasikan sektor manufaktur di AS belum pulih. Selain itu, belanja konstruksi AS mencatat minus 0,3 persen month on month (mom), lebih rendah dari ekspektasi 0,1 persen mom, mencerminkan pelemahan di sektor konstruksi.