Dunia Usaha Was-was, Kebijakan Suku Bunga BI Bikin Beban Usaha Naik

Ilustrasi. Foto: dok Kemenkeu.

Dunia Usaha Was-was, Kebijakan Suku Bunga BI Bikin Beban Usaha Naik

Media Indonesia • 22 October 2023 15:06

Jakarta: Keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ke level 6,00 persen dikhawatirkan bakal menambah beban dunia usaha di dalam negeri. Pasalnya, kenaikan tersebut ditakutkan akan mendorong bunga kredit perbankan yang diterima oleh pelaku usaha.
 
Jika bunga kredit mengalami kenaikan, maka ongkos usaha akan terkerek naik dan menambah beban pebisnis. Karenanya, BI dan pemerintah didorong untuk bisa menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar agar kenaikan beban usaha dapat tetap berada di level yang bisa dikendalikan.
 
"Kami sangat berharap dengan kenaikan suku bunga ini, BI dan pemerintah terkait bisa segera menciptakan stabilitas dan penguatan nilai tukar dalam waktu dekat, sehingga kenaikan beban usaha bisa lebih terkendali atau bahkan berhenti sepenuhnya," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Minggu, 22 Oktober 2023.
 
Kenaikan suku bunga acuan BI diproyeksikan memperparah peningkatan beban overhead cost usaha yang sudah terjadi selama ini. Namun besaran kenaikan terhadap overhead cost masih belum bisa ditentukan lantaran perlu melihat dampak kebijakan suku bunga acuan terhadap suku bunga pinjaman riil kepada pelaku usaha dari sektor perbankan.
 
Kekhawatiran tersebut muncul karena secara historis kenaikan suku bunga pinjaman riil tidak selalu sama besarnya dengan kenaikan suku bunga BI. Shinta mengatakan, kenaikan suku bunga pinjaman bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari kenaikan bunga acuan BI.
 
"Kami sangat berharap sektor perbankan bisa mempertahankan suku bunga pinjaman di level yang sama, atau setidaknya menciptakan kenaikan yang sama besarnya dengan kebaikan suku bunga BI, yaitu maksimal 25 bps, sehingga kenaikan beban overhead di sisi pelaku usaha menjadi minimal," harapnya.

Baca juga: Perkuat Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6%
 

Perlambat laju pertumbuhan kredit

 
Shinta menambahkan, kenaikan suku bunga BI juga diperkirakan dapat memperlambat laju pertumbuhan kredit usaha karena risiko dan beban pinjaman yang lebih tinggi. Dunia usaha juga memandang perbankan saat ini semakin selektif dalam mendistribusikan kredit dengan tingkat suku bunga yang ada saat ini.
 
Itu diduga karena tidak semua sektor usaha memiliki kinerja atau profit margin yang cukup besar untuk dapat menutupi beban bunga. Itu diyakini bakal lebih ketat ketika suku bunga pinjaman usaha di perbankan ikut naik karena kenaikan suku bunga BI.
 
Dunia usaha, kata Shinta, turut memandang rupiah masih akan terus melemah hingga akhir tahun. Itu terutama jika The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate) guna mengendalikan inflasi dan konflik di Timur Tengah meluas. Keduanya, dapat mendorong pelemahan rupiah secara signifikan.
 
"Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat," tutur Shinta.
 
Namun dia mengingatkan agar kenaikan suku bunga itu disertai dengan peningkatan efektivitas bauran kebijakan. Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka memperkuat mata uang Garuda, mengikis beban dunia usaha, dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi nasional.
 
Upaya memperkuat nilai tukar rupiah dinilai menjadi krusial. Sebab, dalam tiga bulan terakhir mata uang Indonesia terus melemah di hadapan dolar AS. Hal itu disebut mengganggu aktivitas dunia usaha di Tanah Air.
 
"Khususnya dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha, sehingga pertumbuhan produktivitas atau kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun," tutur Shinta.
 
"Beberapa pelaku usaha di sektor juga terpaksa menaikan harga jual di pasar, karena kenaikan overhead cost yang disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku/penolong dan barang modal," lanjutnya.
 
(M ILHAM RAMADHAN)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)