Dolar AS Melemah Imbas Data Inflasi Sejalan dengan Ramalan

Dolar AS. Foto: MI/Usman Iskandar.

Dolar AS Melemah Imbas Data Inflasi Sejalan dengan Ramalan

Husen Miftahudin • 2 March 2024 09:21

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) sedikit melemah menyusul konfirmasi prediksi para ekonom terhadap data inflasi periode Januari, imbas indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,3 persen.
 
Mengutip Readwrite.com, Sabtu, 2 Maret 2024, dolar AS mencatat sedikit penurunan, yang melambangkan pengaruh tingkat inflasi terhadap kekuatan mata uang.
 
Pada saat yang sama, perubahan penting lainnya juga terlihat di pasar Forex. Euro sedikit naik, yen mengalami pertumbuhan harian sekitar 0,6 persen.
 
Sementara dolar Australia membaik karena prospek ekonomi positif dari Reserve Bank of Australia. Sebaliknya, franc Swiss sedikit melemah, dan dolar Kanada pun melemah seiring dengan penurunan harga minyak mentah.
 
Pasar valuta asing global terus berfluktuasi karena berbagai faktor seperti perkiraan perekonomian, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter bank sentral. Di tengah hal tersebut, mata uang lainnya juga mengalami perubahan signifikan.
 
Sebagai catatan, yen telah terdepresiasi lebih dari dua persen terhadap euro dalam sebulan, mencapai posisi terendah dalam sembilan tahun terhadap dolar Australia dan Selandia Baru.
 
Penurunan dolar AS mungkin disebabkan oleh suku bunga negara-negara lain yang mendekati nol. Para ekonom percaya penurunan dolar AS disebabkan oleh kebijakan bank sentral Jepang yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perekonomian yang mengalami stagnasi dengan mempertahankan suku bunga mendekati nol.

Baca juga: Jelang Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Naik ke Rp15.704/USD
 

Euro dan poundsterling paling stabil

 
Pada saat yang sama, fluktuasi kecil terlihat di pasar mata uang global selama Februari, dengan euro dan sterling menunjukkan stabilitas. Sebaliknya, mata uang Australia dan Selandia Baru mengalami tren penurunan, yang mengindikasikan adanya batas atas suku bunga di negara-negara belahan bumi selatan.
 
Laporan ini juga menyoroti kerugian dolar Selandia Baru menyusul stabilnya suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral domestik. Dolar Australia menunjukkan sedikit peningkatan, kontras dengan penurunan bulanan sebesar 0,8 persen, yang mencerminkan penilaian hati-hati investor terhadap kebijakan fiskal.
 
Poundsterling Inggris mencatat sedikit kemerosotan karena keputusan Bank of England untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil, sehingga merusak kepercayaan investor.
 
Euro naik 0,3 persen, mengisyaratkan perkiraan peluncuran program pelonggaran kuantitatif Bank Sentral Eropa, sementara yen tetap tidak berubah pada 105,05 per USD.
 
Pergeseran ini menggarisbawahi ketidakpastian yang menjadi ciri lanskap keuangan global karena nilai tukar mata uang asing terus berfluktuasi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)