Menelusuri Jejak Spiritual dan Filosofi Cinta di Petilasan Sri Aji Jayabaya

Petilasan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur/Dok. Geztal

Menelusuri Jejak Spiritual dan Filosofi Cinta di Petilasan Sri Aji Jayabaya

Daviq Umar Al Faruq • 1 November 2025 14:50

Kediri: Di tengah riuh rendah kehidupan modern, ada yang memilih menepi. Mereka menyusuri jalan sunyi menuju Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di sanalah Petilasan Sri Aji Jayabaya berdiam, menyimpan energi spiritual yang dipercaya mampu menuntun manusia menemukan jawaban atas pergulatan batin, termasuk soal jodoh.

Lokasi ini bukan sekadar destinasi wisata religi biasa. Ia adalah ruang hening untuk merenung, berdoa, dan memohon petunjuk hidup. Bagi banyak peziarah, mencari pasangan hidup di sini bukanlah ritual mistis semata, melainkan sebuah laku batin proses menyucikan hati dan memahami takdir diri di bawah naungan kebijaksanaan Raja Jayabaya.

Jejak Sang Raja Bijaksana dan Ramalan Abadi

Sri Aji Jayabaya, raja besar Kerajaan Kediri yang memerintah sekitar tahun 1135–1157 Masehi, adalah sosok yang melegenda. Namanya abadi berkat "Jangka Jayabaya", sebuah ramalan yang berisi petuah kehidupan dan gambaran zaman. Salah satu cuplikannya yang paling terkenal berbunyi, “Akan datang masa kacau di mana yang benar kalah oleh yang licik, rakyat kecil menderita, sementara penguasa hidup berfoya-foya.” Bagi banyak orang, ramalan ini dianggap masih relevan menggambarkan dinamika bangsa dari masa ke masa.

Masyarakat setempat meyakini, Petilasan Sri Aji Jayabaya adalah tempat sang raja mencapai moksa—menghilang dari dunia fana tanpa meninggalkan jasad, menuju kesempurnaan abadi. Keyakinan inilah yang menjadi magnet spiritual, menarik ribuan peziarah setiap tahunnya untuk menapaktilasi jejak kebijaksanaannya.

 

Laku Batin dan Tradisi Semedi: Menyucikan Hati Sebelum Memohon Jodoh

Bagi para peziarah, petilasan ini adalah tempat untuk menata batin. Mereka datang dengan beragam harapan: ada yang mencari ketenangan, kelapangan rezeki, dan tak sedikit yang memohon ditunjukkan jalan menemukan jodoh yang telah digariskan semesta.

Mbah Mukri, sang juru kunci yang telah puluhan tahun menjaga tempat ini, menjelaskan kunci utama dari setiap ziarah. “Mereka yang datang dengan hati yang baik dan siap, akan menemukan hal-hal baik juga setelah dari petilasan ini,” ujarnya, Sabtu, 1 November 2025.

Ia menekankan, langkah pertama sebelum berdoa adalah membersihkan niat dan pikiran. Semua niat buruk harus ditinggalkan di luar gerbang petilasan. Ritual biasanya mengikuti waktu yang dianggap keramat, yaitu malam Jumat Legi. Para peziarah seringkali membawa bunga tujuh rupa sebagai simbol keberagaman dan keindahan hidup, serta air kendi yang diambil dari sumber mata air di sekitar petilasan, melambangkan kesucian.

Di bawah naungan pohon beringin besar yang rindang, banyak peziarah memilih untuk melakukan tapa bisu atau semedi. Lokasi ini dipercaya sebagai tempat meditasi Sri Aji Jayabaya pada masa lalu. Dalam keheningan itulah, mereka berdialog dengan diri sendiri, merenungkan kehidupan, dan memantapkan hati.

“Banyak yang datang ke sini dengan niat memohon jodoh. Tapi yang lebih penting bukan hanya doa, melainkan kesiapan diri,” tambah Mbah Mukri. “Mencari jodoh di sini adalah proses memahami diri sendiri terlebih dahulu. Bagaimana kita bisa menemukan belahan jiwa jika diri sendiri masih kacau?”



Petilasan Sri Aji Jayabaya di Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur/Dok. Geztal

Sendang Tirto Kamandanu: Penyucian Diri dan Makna Keikhlasan

Setelah semedi, perjalanan spiritual biasanya berlanjut ke Sendang Tirto Kamandanu. Kolam alami berjarak sekitar 200 meter dari petilasan ini konon adalah tempat Raja Jayabaya berendam dan melakukan ritual penyucian diri sebelum bertapa.

“Air Sendang Tirto Kamandanu diyakini membawa berkah bagi siapa pun yang mengambilnya dengan niat baik,” jelas Mbah Mukri. “Filosofinya dalam, seperti raja yang meninggalkan semua keduniawian dengan ikhlas sebelum moksa. Semua yang menempel dan membebani diri—iri, dengki, ego—harus ditinggalkan.”

Ritual ini, meski terdengar mistis, sesungguhnya sarat dengan nilai-nilai universal tentang introspeksi dan pengendalian diri. Bagi para peziarah, perjalanan mencari jodoh pun bergeser maknanya. Ini bukan lagi sekadar tentang menemukan seseorang, tetapi tentang menemukan versi terbaik dari diri sendiri yang siap menyambut dan membangun hubungan yang ba

Di luar nilai spiritualnya, Petilasan Sri Aji Jayabaya diakui secara resmi sebagai warisan budaya Kabupaten Kediri. Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Mustika Prayitno Adi, menyatakan bahwa situs ini telah tercatat di Kementerian Hukum dan HAM.

“Petilasan tersebut adalah salah satu peninggalan budaya di Kediri yang harus dilestarikan, dan ritual sesaji Sri Aji Jayabaya sudah terdaftar sebagai kekayaan intelektual komunal sejak tahun 2021,” ujar Mustika.

Dukungan juga datang dari pucuk pimpinan daerah. Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, melihat kegiatan spiritual semacam ini memiliki nilai positif yang nyata bagi masyarakat.

“Saya selaku kepala daerah sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk introspeksi diri, untuk melihat apa yang sudah kita lakukan dan akan kita lakukan,” ucap Hanindhito. Nilai refleksi diri inilah, menurutnya, yang sejalan dengan pembangunan karakter masyarakat.

Kini, Petilasan Sri Aji Jayabaya telah bertransformasi menjadi salah satu destinasi wisata religi unggulan di Kabupaten Kediri. Fungsinya pun meluas; tak hanya untuk berdoa, tetapi juga menjadi oase bagi mereka yang ingin menenangkan pikiran dan menjalin kembali hubungan dengan kearifan lokal leluhur.

Di balik kesunyian petilasan, setiap langkah terasa seperti percakapan sunyi antara manusia, sejarah, dan semesta. Tempat ini mengajarkan bahwa dalam setiap doa dan laku batin, terdapat sebuah perjalanan panjang menuju kedamaian dan pencerahan. Dan di ujung perjalanan itu, mungkin saja, terdapat jodoh yang selama ini dicari—bukan karena mantra, tetapi karena hati yang telah siap dan suci untuk menerimanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)