Masih Digilas Dolar AS, Rupiah Sore Ini Parkir di Rp16.837/USD

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Masih Digilas Dolar AS, Rupiah Sore Ini Parkir di Rp16.837/USD

Husen Miftahudin • 16 April 2025 16:24

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.
 
Mengutip data Bloomberg, Rabu, 16 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.837 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 10 poin atau setara 0,05 persen dari posisi Rp16.827 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 10 poin, sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp16.837 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.827," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
 
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.820 per USD. Rupiah turun 11 poin atau setara 0,07 persen dari Rp16.809 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.845 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 30 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.815 per USD.
 

Baca juga: Rupiah Dibuka Melempem ke Rp16.835 per USD
 

Ekonomi global bakal melambat

 
Dari faktor eksternal, Ibrahim mengungkapkan pergerakan rupiah akibat adanya sentimen investor yang terus berjuang dalam menemukan katalis untuk mendorong pemulihan yang lebih berarti, karena pertumbuhan global secara luas diperkirakan akan melambat seiring tarif AS, yang membahayakan perekonomian global.
 
"Trump telah menaikkan tarif pada barang-barang Tiongkok ke tingkat yang sangat tinggi, mendorong Beijing untuk mengenakan bea balasan atas impor AS dalam perang dagang yang semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia yang dikhawatirkan pasar akan menyebabkan resesi global," papar dia.
 
Sebagai tanda lebih lanjut dari meningkatnya ketegangan, Tiongkok telah memerintahkan maskapai penerbangannya untuk tidak menerima pengiriman jet Boeing lebih lanjut sebagai tanggapan atas keputusan AS untuk mengenakan tarif 145 persen pada barang-barang Tiongkok.
 
Selain itu, data PDB menunjukkan ekonomi Tiongkok tumbuh 5,4 persen (yoy) pada kuartal I-2025, lebih dari ekspektasi 5,2 persen. Pertumbuhan PDB kuartal ke kuartal berada di angka 1,2 persen, sedikit meleset dari ekspektasi 1,4 persen.
 
"Angka PDB yang kuat muncul setelah serangkaian langkah agresif dari Beijing hingga akhir 2024, saat pemerintah bergerak untuk menopang pertumbuhan ekonomi lokal," terang Ibrahim.
 
Namun, angka PDB tersebut menutupi potensi hambatan bagi Tiongkok dari perang dagang yang sengit dengan AS, yang kemungkinan akan membebani pertumbuhan di kuartal mendatang. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif kumulatif sebesar 145 persen terhadap Tiongkok, yang memicu pungutan balasan sebesar 125 persen dari Beijing.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Ekonomi Indonesia cuma tumbuh 4,8%

 
Dari dalam negeri, rupiah dibayangi sentimen pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang pada kuartal pertama 2025 diprediksi melambat menjadi kisaran 4,9 persen hingga 5,0 persen. Proyeksi ini melambat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat 2024 yang mencapai 5,02 persen.
 
"Sementara itu, pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya kisaran 4,8 persen hingga 5,0 persen, lebih rendah dari target dalam asumsi ekonomi makro 2025 sebesar 5,2 persen, dan juga target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029 dimana ekonomi tahun ini ditargetkan tumbuh 5,3 persen.
 
"Dari sisi domestik, tantangan reformasi struktural dan efektivitas belanja pemerintah, perlunya peningkatan produktivitas sektor riil, efektivitas kebijakan fiskal dan moneter, dan urgensi penguatan fundamental ekonomi domestik dinilai menjadi penghambat laju perekonomian," jelas Ibrahim.
 
Bahkan, kondisi fiskal pada awal tahun yang cukup mengkhawatirkan. Seperti APBN per Maret 2025 mencapai Rp104,2 triliun per akhir Maret 2025, atau setara 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka itu sudah sekitar 16,9 persen dari target defisit anggaran pendapatan dan belanja negara pada 2025 yang senilai Rp616,2 triliun atau setara 2,53 persen dari PDB.
 
"Selain itu daya beli masyarakat yang masih menurun ditandai deflasi Januari-Februari 2025, terjadi PHK dan jumlah pengangguran yang cukup besar, lapangan kerja masih minim terserap, termasuk industri padat karya berguguran," papar Ibrahim.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali melemah.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.830 per USD hingga Rp16.890 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)