Rupiah Tergelincir Lagi, Padahal Baru Menguat Kemarin

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Tergelincir Lagi, Padahal Baru Menguat Kemarin

Husen Miftahudin • 4 July 2025 09:55

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan menjelang akhir pekan ini mengalami penurunan.
 
Mengutip data Bloomberg, Jumat, 4 Juli 2025, rupiah hingga pukul 09.38 WIB berada di level Rp16.218,5 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 23,5 poin atau setara 0,15 persen dari Rp16.195 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.204 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan menguat.
 
"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.140 per USD hingga Rp16.200 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

Baca juga: Dolar AS Mulai Bangkit, Gerus 6 Mata Uang Dunia


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

Bank Dunia-IMF sunat proyeksi pertumbuhan ekonomi

 
Menurut Ibrahim, pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen kebijakan proteksionis dan arah geopolitik AS pascaera Donald Trump menimbulkan turbulensi baru dalam perekonomian global. Oleh karena itu, lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan IMF telah merevisi outlook pertumbuhan ekonomi berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai respons atas tekanan global yang meningkat.
 
Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sebelumnya 5,10 (pra-tarif Trump, Januari 2025) persen menjadi 4,70 persen, atau turun 0,4 poin persentase (post-tarif Trump, April 2025).
 
Sementara itu, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan Indonesia dari 4,9 persen (pra-tarif Trump, Maret 2025) menjadi 4,7 persen atau koreksi sebesar 0,2 poin (post-tarif Trump, Juni 2025.
 
"Revisi ini mencerminkan kekhawatiran atas dampak lanjutan dari melemahnya perdagangan internasional, tekanan pada ekspor komoditas, penurunan arus investasi asing langsung (FDI), serta ketidakpastian geopolitik yang membebani pasar keuangan," urai Ibrahim.
 
Selain itu, lanjutnya, revisi outlook ini menjadi sinyal peringatan bagi Pemerintah dan Bank Indonesia untuk memperkuat bauran kebijakan fiskal dan moneter, meningkatkan daya saing sektor riil, serta memperluas sumber pertumbuhan ekonomi baru.
 
"Berhadapan dengan tantangan-tantangan seperti itu, Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter nasional menghadapi beban yang semakin berat untuk menjaga stabilitas ekonomi makro dan nilai tukar," tukas dia.
 
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Jumat besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan kembali menguat.
 
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.140 per USD hingga Rp16.200 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)