Podium MI: Zohran Mamdani

Dewan Redaksi Media Group Abdul Kohar. Foto: MI/Ebet.

Podium MI: Zohran Mamdani

Abdul Kohar • 28 June 2025 05:49

SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat. Itu apabila Zohran Mamdani, politikus muda berusia 33 tahun terpilih sebagai wali kota muslim pertama di kota terbesar di 'Negeri Paman Sam' itu. Bayangkan, kota berpenduduk 8,3 juta jiwa yang selalu dihinggapi islamofobia itu bakal dipimpin seorang muslim.

Namun, publik New York yang didominasi kaum Demokrat tak percaya lagi dengan teror propaganda 'jihadis', 'komunis', 'islamis' yang selalu didengungkan itu. Buktinya, Mamdani menang dalam Pemilu Pendahuluan Partai Demokrat pekan ini. Mamdani, yang berhaluan sosialis-demokrat, tak risih dengan semua pelabelan terhadapnya. Politikus keturunan Bangladesh kelahiran Uganda itu bergeming.

Ia justru mempertegas identitas: muslim, pro Palestina, mengecam Israel atas aksi brutal di Gaza. Mamdani juga tidak memedulikan sokongan dana dari para elite pemilik modal, yang menggerojok ke rival utamanya di Demokrat, yakni Andrew Cuomo yang mantan Gubernur New York. Ia yakin akan kekuatan ide, gagasan, dan akal sehat. Mamdani mengandalkan dana dari 'saweran' publik New York yang sepakat dengan gagasan-gagasannya.

Karena itu, Mamdani dan pemilihnya pun memahat sejarah awal, yakni merebut kemenangan pada pemilu pendahuluan. Ia sah menjadi kandidat dari Demokrat untuk Pemilihan Wali Kota New York, November mendatang. Selama ini New York dikuasai Demokrat. Kandidat dari Demokrat hampir pasti memenangi Pilwalkot New York.
 

Baca juga: 

Dituding Gagal Hancurkan Situs Nuklir Iran, Menhan AS Tegur Media


Mamdani memang belum resmi menjabat sebagai wali kota New York. Namun, kemenangan historisnya pada pemilihan pendahuluan Partai Demokrat langsung memicu badai kebencian. Presiden Donald Trump yang dekat dengan Israel, menuduh Mamdani sebagai 'orang gila komunis 100%'.

Mamdani juga menjadi sasaran serangan islamofobia yang brutal dan terkoordinasi. Berbagai tuduhan simpatisan Hamas, julukan 'teroris jihadis', hingga ancaman akan terulangnya tragedi 9/11 ditiupkan dengan kencang, terstruktur, sistematis, dan masif. Bahkan, cap itu sudah ditabalkan sejak hasil pemilu pendahuluan mengarah pada kemenangan Mamdani.

Beberapa politikus dan tokoh konservatif Amerika melancarkan retorika bernada kebencian di media sosial dan saluran berita sayap kanan. Laura Loomer, aktivis ekstrem kanan yang dikenal dekat dengan lingkaran Donald Trump, menulis di platform X 'Serangan 9/11 akan terulang di bawah kepemimpinan Mamdani'. Sementara itu, anggota Dewan Kota New York, Vickie Paladino, dalam wawancara radio menyebut Mamdani sebagai 'teroris jihad yang dikenal' dan menyerukan deportasi (meskipun Mamdani ialah warga negara AS).

Tokoh-tokoh lain dari pemerintahan Trump, seperti Stephen Miller, turut menuding bahwa pencalonan Mamdani ialah 'peringatan keras tentang bahaya imigrasi tanpa kendali'. Bahkan, Elise Stefanik, anggota DPR dan loyalis Trump, mengirim surel penggalangan dana yang menyebut Mamdani 'simpatisan teroris Hamas', bahkan sebelum penghitungan suara rampung.

Putra Trump, Donald Trump Jr, ikut memprovokasi dengan unggahan yang menyindir bahwa 'New York pernah jadi korban 9/11, kini mereka malah memilihnya'. Sementara itu, Marjorie Taylor Greene, mengunggah gambar AI dari Patung Liberty yang mengenakan burkak sebagai bentuk sindiran bernuansa islamofobia.
Baca juga: 

Houthi Ucapkan Selamat ke Iran, Puji Kemenangan Atas Israel


Sindiran-sindiran itu tidak terlepas dari isu Israel dan Palestina yang kini dikritisi publik New York. Pilihan mereka atas Mamdani seperti menampar muka negeri Zionis itu. Apalagi, dalam salah satu kampanyenya, Mamdani berjanji bila ia jadi wali kota, ia akan menangkap Benjamin Netanyahu bila Perdana Menteri Israel itu berkunjung ke New York.

Tentu, ini bisa menjadi guncangan hebat bagi Netanyahu setelah dipermalukan Iran dalam perang 12 hari. Banyak yang bersyukur kini Iran-Israel sudah menyepakati gencatan senjata. Kali ini, posisi Israel sudah berantakan secara moral dan politik di hadapan warga dunia.

Demonstrasi besar pro Palestina yang melibatkan puluhan ribu orang berlangsung di Den Haag, Belanda, dan Berlin, Jerman, pekan lalu. Serangan balasan Iran, meski tidak menghancurkan Israel, telah merontokkan kredibilitas Israel dan menelanjangi mitos-mitos tentang negeri Zionis itu. Iran telah menang, bukan secara militer, melainkan secara politik dan moral.

Iran menghancurkan kedok mitos Israel sebagai negeri demokratis nan beradab. Iran, juga Mamdani, membuka mata dunia bahwa Israel ialah sumber destabilisasi di Timur Tengah. Negara rasialis, apartheid, dan arogan yang tidak memedulikan hukum internasional. Aksi-aksi itu juga ditelanjangi dalam setiap kampanye Mamdani, yang bahkan tanpa tedeng aling-aling menelanjangi hipokrisi para pemimpin AS di depan publiknya sendiri.

Kini, sebagian besar publik New York sudah memahat separuh napas penting bagi demokrasi, yakni meyakini ide dan akal sehat. Di New York, publik membuktikan bahwa uang tak sanggup membeli segalanya dalam kontestasi politik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Anggi Tondi)