Kremlin Sebut Visi AS Sekarang 'Sebagian Besar Selaras' dengan Rusia

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov. (Anadolu Agency)

Kremlin Sebut Visi AS Sekarang 'Sebagian Besar Selaras' dengan Rusia

Riza Aslam Khaeron • 3 March 2025 13:14

Moskow: Kremlin menyatakan bahwa kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump semakin selaras dengan visi Rusia. Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam wawancara dengan televisi pemerintah Rusia.

"Pemerintahan baru ini dengan cepat mengubah seluruh konfigurasi kebijakan luar negeri, dan ini sebagian besar selaras dengan visi kami," ujar Peskov, seperti dikutip Washington Post pada Minggu, 2 Maret 2025.

Pernyataan ini muncul setelah pertemuan antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih yang berlangsung tegang. Trump dan Wakil Presiden JD Vance secara terbuka menuduh Zelensky tidak cukup berterima kasih atas bantuan AS.

Trump bahkan memperingatkan Zelensky bahwa kegagalannya untuk mencapai kesepakatan dengan Rusia bisa "bermain dengan Perang Dunia III." Kremlin melihat konfrontasi ini sebagai "hadiah," mengutip Washington Post.

Melansir Washington Post pada 3 Maret 2025, visi Rusia dalam kebijakan luar negeri berfokus pada upaya untuk merebut kembali pengaruh atas bekas wilayah Uni Soviet dan melawan demokrasi liberal.

Sejak invasi ke Ukraina pada 2022, Rusia telah menjadi pariah di mata Barat, dengan AS dan sekutunya memberlakukan sanksi berat serta memberikan ratusan miliar dolar dalam bentuk bantuan dan persenjataan ke Ukraina.

Namun, perubahan kebijakan AS di bawah Trump dianggap sebagai peluang bagi Rusia.

"Ada jalan panjang yang harus ditempuh karena banyak kerusakan telah terjadi dalam hubungan bilateral," kata Peskov. "Tetapi jika kemauan politik antara kedua pemimpin, Presiden Putin dan Presiden Trump, tetap terjaga, jalannya bisa cukup cepat dan sukses."

Kebijakan Trump yang menekan Zelensky untuk berkompromi dengan Putin mendapat tanggapan beragam di Rusia. Kirill Dmitriev, kepala Dana Investasi Rusia dan negosiator utama dalam pembicaraan awal AS-Rusia, menyebut pertemuan itu sebagai "momen bersejarah."

Sementara itu, editor RT, Margarita Simonyan, menulis bahwa "Gedung Putih telah melihat banyak hal, tetapi tidak pernah seperti ini."
 

Baca Juga:
Putin Muncul sebagai ‘Pemenang' dalam Pertikaian Trump-Zelensky

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev bahkan mengejek Zelensky, menyebutnya sebagai "babi yang kurang ajar," sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, memuji Trump dan Vance karena "menahan diri untuk tidak memukulnya di wajah," seperti dilaporkan Washington Post.

Di sisi lain, Rusia tetap berhati-hati dalam merespons perubahan kebijakan AS ini. Seorang pejabat Kremlin yang berbicara dengan Washington Post secara anonim mengatakan bahwa Moskow terkejut dengan "perubahan besar" sejak pelantikan Trump, tetapi juga mencatat bahwa peluang kerja sama ekonomi masih bersifat hipotetis, bukan rencana yang akan segera direalisasikan.

"Trump telah mengatakan bahwa Amerika berpotensi siap untuk membahas pencabutan sanksi," kata pejabat tersebut. "Tetapi hanya setelah ada penyelesaian damai."

Sementara itu, Gubernur Bank Sentral Rusia, German Gref, mengatakan bahwa pihaknya tidak mengharapkan sanksi Barat akan segera dicabut. "Kami bekerja dengan asumsi bahwa tidak ada sanksi yang akan dicabut, dan kemungkinan besar justru akan diperketat," ujarnya dalam konferensi pers.

Di dalam pemerintahan Rusia sendiri, pandangan terhadap perubahan kebijakan AS terbagi. Seorang akademisi yang dekat dengan pejabat senior Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan kepada Washington Post bahwa ada dua kubu di Kremlin—mereka yang tetap skeptis terhadap AS dan mereka yang melihat ini sebagai "kesempatan bersejarah untuk memulihkan dialog, segera menyiapkan pertemuan puncak, dan mencapai hasil." Akademisi tersebut berbicara secara anonim karena sensitivitas isu ini.

Meskipun ada optimisme di beberapa kalangan Rusia, sebagian lainnya tetap waspada terhadap langkah Trump. "Trump tampaknya telah memutuskan untuk berteman dengan Putin apa pun yang terjadi, dan ini tidak akan membawa dampak baik," kata seorang pengacara hak asasi manusia Rusia berusia 23 tahun, yang dikutip oleh Washington Post.

Di dalam pemerintahan Rusia, kesadaran akan kemungkinan perubahan kebijakan AS setelah pemilu paruh waktu tahun depan juga tinggi.

"Di tingkat tertinggi pemerintahan, saya belum melihat siapa pun yang terlalu optimistis bahwa konflik ini akan segera berakhir," kata Konstantin Remchukov, editor Nezavisimaya Gazeta, kepada Washington Post. "Meskipun posisi Trump tampaknya anti-Zelensky, tidak ada yang berpikir bahwa dia sepenuhnya pro-Rusia atau akan tetap seperti itu selamanya."

Sementara itu, pemerintah Rusia tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan perang yang lebih panjang.

"Hal-hal terus berlanjut dengan serius, dengan kemarahan, tanpa belas kasihan," kata seorang pejabat senior Kremlin kepada Washington Post. "Tugas utama pemerintah Rusia adalah meredakan euforia di kalangan pasukan di garis depan yang mungkin berharap perang akan segera berakhir setelah janji-janji Trump—dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka harus bersiap untuk pekerjaan berat yang panjang."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)