Kota Gaza akibat perang berkepanjangan. (Anadolu)
Riza Aslam Khaeron • 19 August 2025 18:05
Jakarta: Kelompok Hamas pada awal pekan ini menyatakan kesediaannya terhadap sebuah proposal gencatan senjata terbaru di Jalur Gaza. Pernyataan resmi itu disampaikan kepada mediator Mesir dan Qatar, menandai potensi terobosan dalam konflik berkepanjangan yang telah menewaskan ribuan orang dan memicu krisis kemanusiaan besar.
Hingga kini, rancangan lengkap dari proposal tersebut belum dipublikasikan ke publik. Namun, berdasarkan informasi dari sejumlah sumber diplomatik, termasuk laporan dari Axios, sejumlah detail utama telah bocor dan memberikan gambaran mengenai kemungkinan isi kesepakatan tersebut.
Berikut rincian yang diduga menjadi bagian dari proposal gencatan senjata Gaza terbaru:
Kerangka Umum Proposal
Proposal yang diterima Hamas adalah hasil revisi dari rancangan yang diajukan oleh mediator Qatar dan Mesir, dengan sebagian besar isi merujuk pada rancangan yang sebelumnya disusun oleh utusan AS, Steve Witkoff.
Seorang sumber diplomatik menyebutkan kepada Axios bahwa isi dokumen tersebut “
98% identik” dengan proposal Witkoff yang sempat ditolak
Hamas pada bulan sebelumnya.
Langkah ini dianggap sebagai upaya terakhir untuk menghindari ofensif militer besar oleh
Israel yang bertujuan merebut penuh Kota Gaza, yang menjadi pusat komando dan simbol kekuasaan
Hamas di Jalur Gaza.
Isi Inti: Gencatan, Sandera, Tahanan, dan Zona Penyangga
1. Kesepakatan ini mengatur sejumlah hal penting sebagai berikut:
-
Gencatan senjata selama 60 hari sebagai tahap awal.
-
Pembebasan 10 sandera hidup dan penyerahan 18 jenazah oleh Hamas kepada Israel.
-
Israel membebaskan sejumlah tahanan Palestina, yang belum dirinci secara resmi dalam laporan Axios.
-
Media Israel menyebut angka 150 tahanan keamanan Palestina yang akan dibebaskan dalam tahap pertama.
- Proposal ini bersifat parsial, namun dirancang sebagai batu loncatan menuju kesepakatan menyeluruh.
2. Selama masa gencatan 60 hari, proposal juga mencakup:
-
Dimulainya fase negosiasi lanjutan secara paralel.
-
Pembahasan penghentian perang secara permanen.
-
Topik strategis yang dinegosiasikan mencakup:
-
Pembebasan seluruh sandera yang tersisa.
-
Pemulihan infrastruktur dan bantuan kemanusiaan.
-
Penetapan tata kelola pemerintahan pascaperang di Gaza.
-
Adanya jaminan internasional sebagai bagian dari kerangka penyelesaian.
3. Sebelumnya, Hamas hanya bersedia menerima zona penyangga maksimal 800 meter. Dalam proposal terbaru:
-
Hamas bersedia mempertimbangkan rentang 800 meter hingga 1 kilometer.
-
Ini lebih mendekati tuntutan Israel yang tetap pada 1 hingga 1,2 kilometer.
Proses Negosiasi dan Peran Mediator
Negosiasi dilakukan di Kairo, dengan partisipasi aktif dari Perdana Menteri Qatar, yang bahkan melakukan perjalanan langsung ke Mesir pada Senin, 18 Agustus 2025 untuk menyampaikan respon resmi dari
Hamas. Ini dilakukan menyusul kurangnya kemajuan dalam diskusi hari sebelumnya.
Sebagai catatan, sebelumnya Kepala Mossad
Israel juga telah bertemu dengan PM Qatar di Doha untuk membahas proposal ini, menunjukkan keterlibatan diplomatik tingkat tinggi dari semua pihak.
Reaksi Donald Trump dan Benjamin Netanyahu
Meskipun proposal ini menandai peluang nyata menuju deeskalasi, pernyataan reaksi PM
Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump menunjukkan garis keras:
- Trump menulis bahwa “sandera hanya akan dibebaskan jika Hamas dihancurkan”, mendukung rencana Israel untuk menggempur Kota Gaza.
- Netanyahu menyatakan bahwa Hamas berada dalam “tekanan besar”, tanpa mengonfirmasi kesediaan untuk menerima kesepakatan.
Di sisi lain, lebih dari 200.000 warga
Israel dilaporkan turun ke jalan pada 18 Agustus 2025, menuntut agar pemerintah segera menandatangani kesepakatan guna menyelamatkan para sandera. Ini merupakan aksi unjuk rasa terbesar sejak perang dimulai, dan menambah tekanan politik dalam negeri terhadap keputusan Netanyahu.
Dengan Hamas yang kini menyatakan setuju pada proposal yang sangat mirip dengan rancangan AS, tekanan kini mengarah pada Israel untuk merespons secara tegas. Masa depan Gaza, nasib para sandera, dan arah akhir konflik akan sangat ditentukan oleh proses diplomasi dalam beberapa hari ke depan.