Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 17 September 2025 10:29
Jakarta: Harga emas dunia (XAUUSD) kembali mencatatkan reli mengesankan pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin lalu, emas sukses menembus rekor tertinggi sebelumnya di level USD3.674 dan mencapai puncak baru di USD3.682. Momentum positif ini berlanjut hingga Selasa pagi, harga emas sempat berada di sekitar USD3.689.
Reli harga emas kali ini dipicu oleh meningkatnya ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) 16-17 September. Pasar mematok peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), bahkan sebagian kecil pelaku pasar memperkirakan pemangkasan lebih agresif hingga 50 bp.
Menurut analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, harapan pemotongan suku bunga ini telah mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS melemah. Sementara dolar AS terkoreksi ke dekat level terendah satu minggu kombinasi yang menjadi katalis utama penguatan emas.
“Dari perspektif teknikal, kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average menegaskan tren bullish emas masih sangat kuat. Jika tekanan bullish berlanjut, XAUUSD berpotensi menembus level USD3.700 hari ini,” ujarnya dalam risetnya, Rabu, 17 September 2025.
Namun, ia juga mengingatkan potensi koreksi jangka pendek jika momentum melemah. “Jika harga gagal naik dan mengalami koreksi, level USD3.675 menjadi area penurunan terdekat yang harus diperhatikan,” tambahnya.
Baca juga:
Simak! Rincian Lengkap Harga Emas UBS dan Galeri 24 di Pegadaian Hari Ini |
Selain FOMC, pelaku pasar mencermati rilis Penjualan Ritel AS yang dijadwalkan pada Selasa, karena data ini dapat memengaruhi ekspektasi inflasi dan arah kebijakan The Fed. Di sisi lain, Senat AS dijadwalkan melakukan voting untuk mengesahkan Dr. Stephen Miran, calon Presiden Trump untuk dewan Federal Reserve. Jika disetujui, Miran dapat langsung bergabung dalam pertemuan kebijakan pekan ini, yang menambah dinamika pasar.
Sinyal kebijakan moneter longgar semakin diperkuat oleh revisi data tenaga kerja AS yang mengejutkan. Revisi payrolls terbaru menunjukkan kenaikan pekerjaan antara April 2024 hingga Maret 2025 ternyata terlalu tinggi 911 ribu, memicu kekhawatiran pelemahan pasar tenaga kerja.
Selain itu, perubahan sikap mendadak Ketua The Fed Jerome Powell di Simposium Jackson Hole pada akhir Agustus, membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga lebih cepat. Presiden AS Donald Trump bahkan menekan The Fed untuk memangkas suku bunga “lebih besar dari yang dipikirkan Powell”.
Sentimen konsumen AS yang menurun juga memberi dukungan tambahan pada harga emas. Data University of Michigan (UoM) pekan lalu menunjukkan Indeks Sentimen Konsumen turun dari 58,2 ke 55,4, menandakan meningkatnya kekhawatiran masyarakat terhadap prospek ekonomi. Ekspektasi inflasi satu tahun tetap di 4,8 persen, sementara untuk lima tahun naik menjadi 3,9 persen.
Secara keseluruhan, Andy menyebut, kombinasi faktor fundamental dan teknikal mendukung proyeksi penguatan emas lebih lanjut. Dengan imbal hasil obligasi AS yang tertekan dan Dolar AS yang cenderung melemah, emas berpotensi melanjutkan reli menuju level kunci USD3.700.
“Namun, para trader disarankan tetap waspada terhadap potensi volatilitas menjelang keputusan The Fed yang dapat menjadi pemicu pergerakan tajam di pasar logam mulia,” ungkap dia.