Sejarah dan Pengalaman Rasulullah dan Sahabat Saat Ramadan Pertama

Lukisan pertempuran Badar, 624 M, bertepatan dengan Ramadan pertama. (Lutfi Abdullah)

Sejarah dan Pengalaman Rasulullah dan Sahabat Saat Ramadan Pertama

Riza Aslam Khaeron • 9 March 2025 16:12

Jakarta: Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa dalam Islam, di mana umat Muslim di seluruh dunia diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi waktu untuk memperdalam keimanan dan memperbaiki diri secara spiritual.

Tradisi berpuasa ini bermula sejak zaman Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, yang pertama kali menjalankan Ramadan di Madinah pada tahun 624 Masehi, atau tahun kedua Hijriah.
 

Ramadan Pertama di Madinah

Menurut catatan sejarah, Ramadan pertama kali diwajibkan pada bulan Syawal di tahun kedua Hijriah atau sekitar Februari 624 Masehi. Mengutip dari TRT World pada Minggu, 9 Maret 2025, ayat tentang kewajiban berpuasa turun kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah kaum Muslimin melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.

"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183).

Sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dan beberapa Muslim telah berpuasa pada hari-hari tertentu, seperti puasa Asyura. Namun, puasa selama sebulan penuh tanpa jeda adalah pengalaman baru bagi umat muslim saat itu.

"Ada catatan dari zaman Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa bahkan Muslim pertama pun mengalami kesulitan untuk membiasakan diri dengan puasa Ramadan di tahun pertama," ucap Profesor Kasif Hamdi Okur dari Universitas Hitit.

Pada masa itu, kondisi di Madinah tidak mudah. Kekurangan makanan dan air menjadi tantangan utama, terutama di lingkungan padang pasir yang panas dan kering. Namun, Rasulullah SAW dan para sahabatnya tetap menjalankan puasa dengan penuh keteguhan.

Meskipun begitu, profesor Okur menjelaskan kepada TRT World bahwa puasa pertama di bulan Ramadan berlangsung pada musim semi, ketika suhu di Madinah tidak terlalu ekstrem. Puasa selama 29 hingga 30 hari secara berturut-turut adalah pengalaman luar biasa bagi Muslim pertama di Madinah, menurut Okur.
 

Perubahan Arah Kiblat dan Perang Badar

Selain perintah berpuasa, pada masa itu juga terjadi peristiwa penting lainnya, yaitu perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa di Yerusalem (Quds) ke Ka'bah di Mekah. Dengan mengubah arah kiblat dan berpuasa secara terus-menerus selama sebulan penuh, Muslim pertama merasakan bahwa mereka adalah komunitas religius yang berbeda dari kelompok monoteistik lain seperti Yahudi dan Kristen.

Ramadan pertama juga bertepatan dengan Perang Badar, yaitu pertempuran pertama antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy dari Mekah yang terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriah (13 Maret 624 M).

Pasukan Muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW berjumlah sekitar 313 orang, jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan Quraisy yang berjumlah sekitar 1.000 orang. Namun, berkat strategi Rasulullah SAW dan keyakinan kepada Allah, kaum Muslimin meraih kemenangan dalam pertempuran ini.

Hasil akhir pertempuran ini menjamin bertahannya agama Islam, menyebabkan agama ini menyebar di berbagai penjuru dunia dalam waktu berabad-abad kedepannya.Menurut Ali Celik, Dekan Fakultas Ilmu Keislaman di Universitas Dumlupinar, bahkan ketika Rasulullah menjadi komandan dalam pertempuran ini, Rasulullah tetap berpuasa.
 
Baca Juga:
Manfaat Konsumsi Kurma Saat Puasa Menurut Ahli
 

Kederhanaan dalam Berbuka dan Sahur

Puasa pada masa Rasulullah SAW jauh dari kemewahan seperti saat ini. Profesor Okur menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi saat berbuka dan sahur sangat sederhana, sering kali hanya terdiri dari kurma dan air, berbeda sekali dengan zaman sekarang yang dipenuhi menu Takjil.

"Selama sahur, mereka mungkin hanya makan beberapa butir kurma dan air. Itu saja," ujar Okur.

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat juga dikenal sering mencampur tepung panggang dengan minyak zaitun atau mencampur tepung panggang dengan air untuk membuat makanan sederhana.

"Makanan mereka sangat sederhana dibandingkan dengan makanan yang kita konsumsi saat ini," tambah Okur.

Bahkan, ada beberapa sahabat yang tidak memiliki makanan sama sekali, seperti para penghuni Suffah, sekelompok sahabat yang miskin dan tidak memiliki rumah, mengabdikan hidup mereka untuk menimba ilmu keagamaan dari Nabi, namun mereka terlalu miskin untuk mampu menyediakan makanan seperti itu.

"Nabi Muhammad SAW mendorong Muslim yang lebih mampu untuk mengundang Muslim lain yang tidak memiliki makanan ke meja buka puasa mereka," kata Okur. 

Rasulullah SAW juga menganjurkan agar kaum Muslimin berbagi makanan dengan sesama, terutama bagi mereka yang tidak mampu. Jika seorang Muslim tidak mampu berpuasa karena alasan kesehatan atau usia, maka dia diwajibkan untuk memberi makan orang miskin sebagai penggantinya.
 

Ibadah Diperbanyak Saat Ramadan

Di bulan suci ini, Rasulullah dan para sahabat memperbanyak ibadah satu sama lain kepada Allah SWT.Salah satu kebiasaan khusus Rasulullah terjadi pada 10 malam terakhir Ramadan, dimana, Rasulullah SAW juga melaksanakan i'tikaf di masjid.

"Khususnya, dalam 10 hari terakhir Ramadan, beliau lebih memilih untuk fokus beribadah dengan melakukan i'tikaf di masjid," ujar Celik. I'tikaf berarti memisahkan diri dari orang lain, mencurahkan waktu sepenuhnya untuk beribadah dan menjauhkan diri dari urusan dunia demi mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang arah hidup.

I'tikaf menjadi momen untuk memperkuat hubungan dengan Allah dan mencari malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
 

Nilai Spiritual dan Kedekatan dengan Allah

Rasulullah SAW memandang puasa bukan hanya sebagai kewajiban fisik, tetapi juga sebagai latihan spiritual untuk memperbaiki akhlak dan meningkatkan kesabaran.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Allah tidak memerlukan puasa seseorang jika dia tidak mampu menahan diri dari berkata dan berbuat buruk."

Celik menyatakan bahwa Rasulullah SAW menganggap puasa sebagai perisai untuk melindungi umat Muslim dari keburukan.

"Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar umat Muslim memperbanyak ibadah di bulan Ramadan, termasuk memperbaiki hubungan dengan sesama, menjauhi ucapan buruk, dan memperkuat ketakwaan," ujar Celik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)