Awali Pekan, Kurs Rupiah Pagi Merekah di Rp15.092/USD

Ilustrasi. FOTO: dok MI

Awali Pekan, Kurs Rupiah Pagi Merekah di Rp15.092/USD

Angga Bratadharma • 31 July 2023 09:33

Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Senin pagi bergerak di area hijau seiring hadirnya sentimen positif yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Pada perdagangan di akhir pekan lalu, Jumat, 28 Juli 2023, mata uang Garuda ditutup di posisi Rp15.107 per USD.

Mengutip Investing.com, Senin, 31 Juli 2023, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi berada di posisi Rp15.092 per USD. Rentang harian di Rp15.063 sampai dengan Rp15.112 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, mata uang Garuda berada di posisi Rp15.041 per USD.

Pada akhir pekan lalu, dolar AS melemah setelah data menunjukkan inflasi tahunan AS pada Juni naik pada laju paling lambat dalam lebih dari dua tahun. Hal itu dapat mendorong Federal Reserve lebih dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya.
 
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,14 persen menjadi 101,6268 pada akhir perdagangan. Dolar AS naik menjadi 0,8695 franc Swiss dari 0,8694 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3240 dolar Kanada dari 1,3232 dolar Kanada. Dolar AS bertambah menjadi 10,5354 Krona Swedia dari 10,5203 Krona Swedia.

Biro Analisis Ekonomi AS melaporkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) turun menjadi tiga persen pada basis tahunan di Juni dari 3,8 persen di Mei. Indeks harga PCE inti berada di 4,1 persen secara tahunan, turun dari 4,6 persen di Mei, mencapai kenaikan tahunan terendah sejak September 2021.

"Jika kita melihat inflasi turun secara kredibel, kita dapat turun ke tingkat netral dan kemudian di bawah netral di beberapa titik," kata Ketua Fed Jerome Powell.
 
Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,1023 dolar AS dari 1,0973 dolar pada sesi sebelumnya, dan poundsterling Inggris naik menjadi 1,2855 dolar AS dari 1,2800 dolar. Bank of Japan mengumumkan fleksibilitas yang lebih besar dalam kebijakan moneternya, melonggarkan kontrol kurva imbal hasil dalam langkah tak terduga dengan konsekuensi luas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Angga Bratadharma)