Pakistan Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga

Pakistan. Foto: Unsplash.

Pakistan Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga

Arif Wicaksono • 26 April 2024 14:55

Islamabad: Bank Sentral Pakistan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya pada rekor 22 persen untuk pertemuan kebijakan ketujuh berturut-turut pada Senin, 29 April 2024, ketika Pakistan bersiap untuk mendapatkan persetujuan dewan Dana Moneter Internasional (IMF) dan melakukan pembicaraan mengenai program jangka panjang.
 

baca juga: 

Inflasi Pakistan Diperkirakan Turun ke 22%



Dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 26 April 2024, keputusan kebijakan ini akan diikuti dengan pertemuan dewan eksekutif IMF untuk membahas persetujuan pendanaan sebesar USD1,1 miliar untuk Pakistan, yang merupakan tahap terakhir dari pengaturan siaga USD3 miliar dengan IMF yang diperoleh pada musim panas lalu untuk mencegah gagal bayar (default) Pemerintah Pakistan.

Estimasi median dalam jajak pendapat Reuters terhadap 14 analis memperkirakan Bank Negara Pakistan (SBP) akan mempertahankan suku bunga stabil. Empat analis memperkirakan penurunan sebesar 100 basis poin (bps), sementara dua analis memperkirakan penurunan sebesar 50 basis poin (bps) pada Senin. 29 April 2024.

Delapan responden memperkirakan penurunan suku bunga sebelum Pakistan menandatangani program baru dengan IMF. Ada pertemuan MPC lainnya pada 10 Juni 2024, yang mungkin terjadi sebelum Pakistan mendapatkan program IMF lainnya.

Negara Asia Selatan ini sedang mencari pinjaman IMF baru yang berjangka panjang dan lebih besar. Menteri Keuangan Pakistan, Muhammad Aurangzeb, mengatakan Islamabad akan memulai pembicaraan dengan dana tersebut bulan depan, dan dapat mencapai kesepakatan tingkat staf mengenai program baru tersebut pada awal Juli.

Suku bunga utama Pakistan terakhir kali dinaikkan pada Juni untuk melawan tekanan inflasi yang terus-menerus dan untuk memenuhi salah satu persyaratan yang ditetapkan oleh IMF untuk mendapatkan dana talangan.

Inflasi Pakistan

Indeks Harga Konsumen (CPI) Pakistan pada Maret naik 20,7 persen dari tahun sebelumnya, melambat sebagian sudah menyentuh rekor tertinggi sebesar 38 persen pada Mei 2023.

Kepala Penelitian di Arif Habib Limited Tahir Abbas mengatakan  bank sentral tidak mungkin menurunkan suku bunga sebelum mendapatkan program baru dari IMF.

"Kebijakan moneter juga akan mempertimbangkan dampak inflasi dari ketegangan di Timur Tengah dan dampaknya terhadap harga bahan bakar, serta penundaan pelonggaran moneter The Fed," tambah dia.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)