Singapura. Foto: Unsplash.
Singapura: Singapura perlu menaikan target energi bersih dalam beberapa waktu kedepan setelah target iklim Singapura telah dikategorikan sebagai sangat tidak memadai atau highly insufficie
Menurut penilaian oleh Climate Action Tracker (CAT), perkembangan kebijakan terkini negara ini dalam energi bersih cukup menjanjikan, dan target emisi 2030 saat ini merupakan peningkatan dari target sebelumnya.
Namun, masih banyak yang dapat dilakukan untuk membantu melawan tren peningkatan emisi di Singapura. Perkembangan ini terjadi setelah target iklim nasionalnya dinilai sangat tidak mencukupi selama dua kali berturut-turut, pada 2021 dan 2022.
Singapura saat ini mempunyai target untuk mencapai 60 juta ton karbon dioksida pada 2030. Hal ini merupakan suatu perbaikan dari target sebelumnya pada 65 juta ton pada 2030.
Emisinya masih meningkat sekarang, dan harus mencapai puncaknya pada tingkat tertentu pada 2030, sebelum menurun dan mencapai nol bersih pada 2050.
CAT mencatat meskipun target baru tersebut merupakan sebuah perbaikan, target tersebut masih berada pada level yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jalur yang dibutuhkan untuk menjaga dunia tetap pada jalurnya menuju sasarannya untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat C di atas level pra-industri.
"Singapura diproyeksikan akan melampaui target 2030-nya, hal ini menjadi alasan kuat untuk meningkatkan ambisi dalam pembaruan kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) yang akan datang,” kata situs web CAT, dilansir Business Times, Jumat, 30 Agustus 2024.
CAT merupakan kolaborasi antara dua organisasi penelitian yang berbasis di Jerman: Climate Analytics dan NewClimate Institute. Negara-negara diharuskan untuk menyerahkan putaran NDC berikutnya atau yang dikenal sebagai target iklim nasional mereka, paling lambat pada 2025.
Setiap NDC diharapkan lebih ambisius daripada target sebelumnya, dan membantu dunia mencapai emisi nol bersih paling lambat 2050.
The Straits Times telah menghubungi Sekretariat Perubahan Iklim Nasional mengenai penilaian CAT terhadap target iklimnya dan apakah akan muncul target yang lebih ambisius untuk 2030. Negara-negara diberi peringkat untuk target aksi iklim mereka dalam lima kategori, mulai dari sangat tidak memadai hingga sesuai dengan Perjanjian Paris untuk mencapai suhu 1,5 derajat C.
Tak ada yang masuk
Menurut pembaruan terakhir situs web CAT, pada Agustus 2024, tidak satu pun dari 40 negara yang dinilai memiliki target yang sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat C.
Negara-negara seperti Norwegia dan Bhutan memiliki target iklim yang hampir memadai sementara Uni Eropa, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat memiliki target yang “tidak memadai”.
Singapura saat ini berada di jalur yang tepat untuk memenuhi targetnya mengimpor empat gigawatt listrik “rendah karbon” pada 2035, yang diharapkan dapat memenuhi sekitar 30 persen dari permintaan listrik domestiknya.
Selain itu, Dana Energi Masa Depan dengan suntikan awal sebesar 5 miliar dolar Singapura akan dibentuk, untuk memastikan pendanaan bagi infrastruktur penting seperti kabel bawah laut, yang dapat membantu memfasilitasi transisi energi hijau Singapura.
Pengembangan gas alam
Sejalan dengan pengembangan energi bersihnya, Singapura juga telah menggandakan penggunaan gas alam, yang menyumbang sekitar 94 persen pembangkitan listriknya.
Singapura juga telah memperluas impor gas alam cair (LNG) dan kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar gas untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat.
Otoritas Pasar Energi juga telah mengantisipasi gas alam akan mencapai 50 persen dari bauran listrik Singapura pada 2035.
Singapura juga memiliki rencana untuk menjadi pusat pengisian bahan bakar LNG untuk memenuhi permintaan gas yang terus meningkat di kawasan Asia Tenggara.
“Gas fosil perlu segera dikurangi dan akhirnya dihilangkan tanpa investasi baru jika kita ingin tetap berada di bawah batas 1,5 derajat C dalam Perjanjian Paris,” kata CAT.
Hal ini menyarankan agar Singapura dapat lebih jauh mengeksplorasi langkah-langkah efisiensi energi untuk meredam permintaan listrik negara yang tumbuh pesat dan mengejar rencana untuk menjadi pusat regional untuk penyimpanan, perdagangan, dan transportasi hidrogen hijau.
Pajak karbon
Ia juga menunjukkan Singapura akan membutuhkan pajak karbon yang jauh lebih tinggi untuk menciptakan insentif yang dibutuhkan untuk peralihan skala besar ke teknologi yang tidak menghasilkan karbon dioksida yang menghangatkan planet.
Singapura saat ini memiliki pajak karbon sebesar 25 dolar Singapura per ton, yang diterapkan pada 2024, meningkat dari 5 dolar Singapura per ton sejak pajak tersebut pertama kali diterapkan pada 2019. Pajak tersebut mencakup sekitar 80 persen dari total emisi pada 2023.
Tarif pajak saat ini akan berlaku hingga 2025, sebelum meningkat menjadi 45 dolar Singapura per ton mulai 2026 hingga 2027, dan akhirnya mencapai 50 hingga 80 dolar Singapura per ton pada 2030.