Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO: Kemenkeu.
Media Indonesia • 2 January 2024 17:21
Jakarta: Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sepanjang 2023 mencapai Rp347,6 triliun, setara 1,65 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Realisasi tersebut dinilai merupakan capaian positif lantaran berada jauh di bawah desain defisit yang sebelumnya disusun oleh pengelola keuangan negara.
"Jadi cerita APBN 2023 end of journey pascapandemi covid-19 ini ditutup dengan baik, ditutup dengan husnul khotimah, belanja tinggi, namun defisitnya jatuh lebih rendah, Rp347,6 triliun atau 1,65 persen," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, Selasa, 2 Januari 2024.
Dia mengatakan, desain awal defisit APBN 2023 ditetapkan sebesar Rp598,2 triliun, setara 2,84 persen terhadap PDB dan kemudian diubah pada tengah tahun menjadi Rp479,9 triliun, setara 2,27 persen terhadap PDB. Realisasi defisit yang berada di angka 1,65 persen terhadap PDB dianggap sebagai sebuah pencapaian yang cukup baik di tengah gempuran ekonomi global.
Defisit yang jauh lebih rendah itu diperoleh dari kinerja pendapatan negara sepanjang 2023 yang sementara ini tercatat sebesar Rp2.774,3 triliun. Perolehan itu setara 112,6 persen dari target awal sebesar Rp2.463 triliun dan 105,2 persen dari target pendapatan hasil revisi di tengah tahun senilai Rp2.637,2 triliun.
Pendapatan negara yang melampaui target itu banyak dikontribusikan oleh penerimaan perpajakan. Data Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan perpajakan selama 2023 mencapai Rp2.155,4 triliun, setara 106,6 persen dari target awal dan 101,7 persen dari target hasil revisi. Itu berasal dari penerimaan pajak sebesar Rp1.869,2 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp286,2 triliun.
Selain itu penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tercatat mencapai Rp605,9 triliun, setara 137,3 persen dari target APBN awal dan 117,5 persen dari target hasil revisi tengah tahun. Sementara pendapatan negara yang berasal dari hibah tercatat mencapai Rp13 triliun, atau 3.172,4 persen dari prakiraan awal APBN yang hanya Rp0,4 triliun dan 419 persen dari prakiraan penerimaan hibah hasil revisi tengah tahun senilai Rp3,1 triliun.
"Pendapatan negara itu 112,6 persen dari APBN awal, kalau dilihat dengan hasil revisi, APBN realisasi sementara tetap di atas itu 105,2 persen, atau tumbuh 5,3 persen. Ini adalah satu capaian dari sisi pendapatan negara yang baik, karena dihadapkan ekonomi dunia yang melemah, harga komoditas jatuh. Dengan pendapatan yang kuat itu kita mampu mendanai belanja negara," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Realisasi Pendapatan Negara Hampir Capai Target