Ilustrasi. Foto: Dok MI
Eko Nordiansyah • 2 December 2025 10:47
Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) bergerak menguat pada awal pekan, mempertahankan momentumnya di tengah ekspektasi pasar Federal Reserve (The Fed) semakin dekat pada keputusan pemangkasan suku bunga. Logam mulia tersebut mencatat kenaikan beruntun selama dua sesi perdagangan dan kini bertahan stabil di rentang harga tinggi mendekati USD4.240 per troy ounce.
"Sentimen bullish ini banyak didorong pelemahan dolar AS serta serangkaian data ekonomi yang memperlihatkan perlambatan aktivitas bisnis di Amerika Serikat," kata Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha dalam keterangan tertulis, Selasa, 2 Desember 2025.
Andy mengungkapkan, struktur harga emas saat ini menunjukkan kecenderungan kuat pembeli mendominasi pasar. Kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average mengonfirmasi tren bullish tidak hanya berlanjut, tetapi juga semakin solid dalam jangka pendek.
Dari sisi pergerakan harga, Andy memaparkan jika tekanan beli berlanjut, emas berpotensi menembus resistance berikutnya menuju area USD4.324. Namun jika terjadi aksi ambil untung (profit-taking), koreksi sementara kemungkinan akan menuju support terdekat di level USD4.208 sebelum potensi lanjutan kenaikan kembali muncul.
Sentimen pasar semakin bergeser ke arah dovish setelah rilis PMI Manufaktur AS menunjukkan perlambatan ekonomi. Dalam data terakhir yang dirilis Institute for Supply Management (ISM), PMI turun ke level 48,2 marking kontraksi selama sembilan bulan beruntun. Kondisi ini menguatkan keyakinan pelaku pasar suku bunga tinggi tidak lagi dapat dipertahankan tanpa memberikan tekanan signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
Ekspektasi perubahan kebijakan moneter ini terekam lewat indikator CME FedWatch, di mana probabilitas pemangkasan suku bunga Desember naik hingga 87 persen sebuah lompatan signifikan dari estimasi pekan sebelumnya. Dengan suku bunga berpotensi turun, imbal hasil aset dolar melemah, sehingga emas sebagai instrumen non-yielding mendapatkan dorongan permintaan.
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)
Permintaan fisik dari Tiongkok, salah satu konsumen emas terbesar dunia, mulai menunjukkan pelemahan. Laporan dari Financial Times mencatat beberapa pelaku ritel besar mengurangi kehadiran mereka di pasar Tiongkok akibat penjualan yang melemah dan peningkatan beban pajak. Kondisi ini dapat membatasi ruang penguatan harga emas dalam jangka pendek apabila permintaan fisik terus menurun.
Di pasar keuangan global, dolar AS melemah 0,16 persen ke posisi 99,31, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak tujuh basis poin menuju 4,092 persen. Yield riil AS juga meningkat, menandakan adanya dinamika pasar yang masih belum sepenuhnya pro-risiko.
Selain faktor ekonomi, sentimen politik turut menjadi sorotan setelah muncul rumor bahwa Kevin Hassett menjadi kandidat kuat menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve berikutnya. Spekulasi ini menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter jangka panjang, meski tidak berdampak langsung dalam jangka pendek.
"Dengan kombinasi faktor fundamental, teknikal, dan ekspektasi kebijakan moneter global, prospek harga emas tetap condong positif dalam waktu dekat. Namun volatilitas berpotensi meningkat menjelang rilis data inflasi PCE dan laporan ketenagakerjaan AS, yang dapat menjadi katalis besar bagi pergerakan harga berikutnya," ujar dia.