Ilustrasi. Foto: Unplash
Eko Nordiansyah • 5 September 2025 19:10
Jakarta: Risiko selalu menyertai setiap aktivitas investasi. Untuk melindungi diri dari potensi kerugian, ada strategi yang dikenal dengan nama hedging. Strategi ini banyak digunakan oleh investor besar maupun perusahaan multinasional.
Secara sederhana, hedging adalah strategi manajemen risiko untuk melindungi investasi atau portofolio dari pergerakan harga yang tidak menguntungkan. Tujuannya bukan untuk mendapatkan keuntungan, melainkan meminimalkan kerugian yang mungkin timbul akibat fluktuasi pasar.
Menurut laman OCBC dan IDScore, perusahaan yang melakukan transaksi lintas negara, misalnya, sangat bergantung pada nilai tukar. Perubahan kurs yang ekstrem bisa merugikan. Dengan hedging, risiko tersebut bisa ditekan sehingga keuangan lebih terjaga.
Cara kerja hedging
Secara umum,
hedging bekerja dengan membuka posisi yang berlawanan dari investasi utama. Jadi, jika satu sisi mengalami kerugian, sisi lainnya bisa memberi kompensasi.
Investor atau perusahaan membuat kontrak dengan pihak lain untuk menetapkan harga tertentu atas suatu aset. Dengan begitu, meski harga di pasar berubah, nilai transaksi tetap sesuai kesepakatan awal. Ini sering dilakukan pada komoditas seperti emas, minyak, atau hasil pertanian.
Bagi perusahaan yang rutin melakukan transaksi internasional, pergerakan kurs mata uang menjadi faktor penting.
Hedging memungkinkan mereka menutup risiko perbedaan kurs. Misalnya, eksportir yang akan menerima pembayaran dalam dolar dapat menggunakan kontrak serah agar tetap mendapatkan nilai tukar yang stabil, tidak peduli bagaimana kondisi pasar nantinya.
Investor juga bisa membuka posisi berlawanan di instrumen lain. Jika investasi utama berada di saham, maka lindung nilai bisa dilakukan lewat kontrak berjangka atau opsi di sektor yang sama. Dengan begitu, penurunan di satu sisi bisa diimbangi oleh keuntungan di sisi lain.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Jenis-jenis instrumen hedging
1. Kontrak serah (
forward contract)
Forward contract adalah kesepakatan antara dua pihak untuk melakukan transaksi jual-beli aset di masa depan dengan harga dan tanggal yang telah ditentukan sejak awal. Kontrak ini bersifat privat, tidak diperdagangkan di bursa.
Keuntungannya, perusahaan bisa menyesuaikan syarat kontrak sesuai kebutuhan. Namun, risikonya tetap ada, karena kontrak hanya berlaku antar pihak terkait, sehingga jika salah satu gagal memenuhi kewajiban, pihak lain bisa dirugikan.
2. Kontrak berjangka (
futures contract)
Hampir sama dengan
forward, tetapi
futures diperdagangkan di bursa berjangka resmi. Harga dan tanggal transaksi telah ditentukan sejak kontrak dibuat. Karena diperdagangkan di bursa, tingkat keamanannya lebih tinggi dan lebih transparan.
Futures sering digunakan untuk komoditas seperti minyak, emas, atau hasil pertanian, juga dalam instrumen keuangan lain.
3. Opsi (
Options)
Opsi memberi hak, tapi bukan kewajiban, bagi pemegangnya untuk membeli (
call option) atau menjual (
put option) aset pada harga tertentu dalam periode tertentu. Opsi bermanfaat untuk melindungi investor dari risiko kenaikan atau penurunan harga aset. Misalnya, investor saham bisa membeli
put option sebagai “asuransi” jika harga saham jatuh, sehingga tetap memiliki perlindungan nilai.
4.
Swap
Swap adalah perjanjian pertukaran arus kas atau kewajiban keuangan antar dua pihak. Instrumen ini biasanya digunakan perusahaan untuk melindungi diri dari fluktuasi suku bunga atau kurs valuta asing. Contohnya, perusahaan yang memiliki pinjaman dengan bunga variabel bisa melakukan swap dengan pihak lain untuk menukar kewajiban itu menjadi bunga tetap, sehingga arus kas lebih pasti.
Strategi hedging
1. Arbitrase
Strategi ini banyak dipakai
trader. Caranya dengan membeli suatu aset, seperti saham atau produk emiten, lalu segera menjualnya di tempat lain dengan harga lebih tinggi. Selisih harga inilah yang menjadi keuntungan sekaligus alat lindung nilai.
2. Diversifikasi
Prinsipnya adalah jangan menaruh semua aset di satu keranjang. Dengan menyebar investasi ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, properti, hingga komoditas, risiko kerugian lebih terkendali. Jika satu aset turun, masih ada peluang keuntungan dari aset lain.
3.
Average down
Strategi ini dilakukan dengan membeli saham bertahap ketika harganya turun. Saat harga kembali naik ke titik tengah antara pembelian pertama dan kedua, investor bisa menutup kerugian sebelumnya. Cara ini sering dipakai untuk meminimalkan risiko saat harga saham bergerak fluktuatif.
4. Tutup tunai
Metode paling sederhana untuk melindungi keuangan. Ketika harga saham atau aset lain turun tidak menentu, investor bisa memilih menjual aset dan menyimpan uang dalam bentuk tunai. Langkah ini membantu mengurangi kerugian lebih lanjut dan menjaga likuiditas. (
Aulia Rahmani Hanifa)