Kemacetan di Makassar Timbulkan Kerugian Rp12 Triliun Per Tahun

Ilustrasi kemacetan di Jakarta. (Dok. MI/Usman Iskandar)

Kemacetan di Makassar Timbulkan Kerugian Rp12 Triliun Per Tahun

Media Indonesia • 19 February 2025 15:42

Makassar: Kemacetan terjadi di semua kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Hal itu diakibatkan karena pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus meningkat di rata-rata per tahun tumbuh 8 persen.

Bahkan berdasarkan data World Bank 2019, kemacetan mengakibatkan kerugian yag cukup signifikan. Khusus untuk Jakarta saja yang sudah menerapkan angkutan massal seperti LRT, MRT dan Transjakarta masih dibayagi kemacetan dan mengalami kerugian ekonomi sebesar Rp65 triliun per tahunnya.

Di Makassar sendiri, kerugian akibat kemacetan, itu sama dengan Semarang, Surabaya, Bandung dan Medan, sebesar Rp12 triliun per tahun. Ini akibat orang lebih memilih menggunakan transportasi pribadi, dibanding transportas umum.

Menurut Kepala Bidang Angkutan Umum Dinas Perhubungan Kota Makassar, Jusman, pada 2024, baru 8,6 persen warga Makassar yang terlayani angkutan umum. Dari 131.605 penduduk berdasarkan data total 1.516.191 penduduk dalam radius 300 meter berjalan kaki untuk rute Trans Mamminasata.

"Ditambah mobilitas yang memang cukup tinggi. Jenis kendaraan pribadi yang bergerak itu mencapai 92 persen, dengan mobilisasi manusia yang menggunaan roda dua sebanyak 72 persen, denga keberadaan ruas jalan macet 237, dari 1.244 ruas jalan yang ada. Ditambah kurangnya peminat menggunakan angkusan umum," sebut Jusman, Rabu, 19 Februari 2025.
 

Baca: Pj Gubernur Jakarta Dukung Tim Pemecah Kemacetan Polda Metro Jaya

Sehingga memang menurutnya, butuh ada pembenahan terhadap angkutan umum oleh pemerintah daerah. Sayangnya, di Kota Makassar juga belum dilakukan. Bahkan lanjut Jusman, terjadi tren penurunan total penumpang secara signifikan dari 2016 hinga 2024. "Itu sangat wajar, lantaran angkutan umum memang juga berkurang," seru Jusman

World Resources Institute (WRI) Indonesia hadir dengan program kota masa depan yang bertujuan mengatasi kebutuhan pembangunan berkelanjutan dengan mengembangkan transportasi renda karbon dan inklusif.

Kenjana Aulia, dari WRI Indonesia pun menyebutkan, karena itu, mereka membuat kajian ketahanan dan mobilitas kawasan metropolitan pesisir, yang meingkupi kawasan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminsa Gowa dan Takalar, yang merupakan Kawasan Strategi Nasional penggerak pertumbuha ekonomi di KTI (Kawasan Timur Indonesia).

"Maka digunakan metode partisipatif dala menilai pada tiga aspek, mulai dari kerentanan di tingkat kota, ketahanan komunikasi, dan kapasitas individu," sebut Kenjana.

Dari sana lanjutnya, bisa dilihat bagaimana membangun sistem transportasi yang terintegritas, aman, efisien, berkelanjutan dan inklusif. "Tentu kita mulai dari merancang transportasinya, regulasi dan kebijakan pemerintah daerah, dan pelaksanaannya," lajut Kenjana.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Whisnu M)