Spanduk NATO di markas besarnya di Brussels, Belgia. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 13 September 2025 11:56
Brussels: Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengumumkan peluncuran Operasi bertajuk “Eastern Sentry” dalam konferensi pers di Belgia pada Jumat, 12 September. Operasi ini merupakan respons NATO atas masuknya 19 pesawat nirawak (drone) Rusia ke wilayah udara Polandia pada Rabu dini hari.
Pelanggaran ruang udara NATO yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, di mana hanya sekitar empat drone berhasil ditembak jatuh pesawat tempur sekutu, memicu kekhawatiran mengenai kemampuan NATO dalam mempertahankan sayap timurnya.
Menurut rilis pers NATO, operasi Eastern Sentry akan dijalankan Allied Command Operations. Jenderal Alexus G. Grynkewich, Panglima Tertinggi Sekutu Eropa, menyebut pelanggaran ruang udara Polandia “bukan insiden terisolasi” dan berdampak bagi seluruh NATO.
“Meski penilaian penuh insiden masih berlangsung, NATO tidak menunggu. Kami bertindak,” tegas Grynkewich, dikutip dari Kyiv Post, Sabtu, 13 September 2025.
Dalam konferensi pers bersama di Brussel, Rutte mengecam meningkatnya “kecerobohan Rusia di udara sepanjang sayap timur kami.” Ia menambahkan, Eastern Sentry akan dimulai “dalam beberapa hari mendatang” dengan keterlibatan sejumlah negara NATO, termasuk Denmark, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Sejumlah sekutu Polandia telah berkomitmen memberikan dukungan militer sejak insiden drone Rusia itu. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan tiga pesawat jet tempur Rafale akan dikerahkan ke Polandia, sementara Republik Ceko akan mengirim pasukan serta helikopter interseptor drone yang dimodifikasi khusus.
Ditanya soal detail sumber daya militer baru yang akan dikerahkan, Grynkewich menyinggung pesawat jet tempur Rafale Prancis serta F-16 Denmark. Ia juga mengatakan ada tawaran kapal fregat dan “beberapa kemampuan pertahanan udara berbasis darat,” meski tidak merinci negara pemberinya.
“Saya berharap kita tidak hanya fokus pada item tertentu,” ujarnya. “Kuncinya adalah desain pertahanan yang benar-benar baru.”
Grynkewich menekankan bahwa Eastern Sentry akan “fleksibel dan gesit,” yang mengintegrasikan pertahanan udara dan darat serta meningkatkan berbagi informasi antarnegara.
Menjawab keraguan soal cukup tidaknya sumber daya NATO untuk membela Ukraina sekaligus anggotanya sendiri, Grynkewich menyatakan ia “tidak melihat adanya konflik” antara dukungan negara-negara untuk Ukraina dengan apa yang akan mereka berikan pada Eastern Sentry.
Bahkan, katanya, Eastern Sentry harus belajar dari Ukraina, khususnya mengenai senjata dan sistem pertahanan yang paling efektif menahan serangan Rusia.
“Pada akhirnya, terserah Rusia sejauh mana mereka akan melangkah,” ucap Grynkewich.
“Kami akan membela diri. Kami adalah aliansi defensif, bukan ofensif. Kami akan mempertahankan aliansi indah beranggotakan 32 negara ini, yang berdiri sejak 1949, dan memastikan satu miliar orang kami tetap aman dan bebas,” tambahnya.
Baca juga: Drone Rusia Langgar Ruang Udara Polandia, Pasal 4 NATO Diaktifkan, Apa Maksudnya?