Truk bantuan kemanusiaan bertolak menuju Jalur Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 22 January 2025 08:53
Gaza: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada hari Selasa bahwa gelombang bantuan kemanusiaan terus mengalir ke Jalur Gaza, dengan prioritas utama meliputi perawatan kesehatan, makanan, air bersih, dan tempat tinggal.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan bahwa kantor tersebut dan mitranya yang mengunjungi kamp Jabalya di provinsi Gaza Utara menemukan orang-orang yang membuat tempat tinggal sementara di tengah reruntuhan.
"Juga terjadi kekurangan akses air yang kritis, dengan semua sumur hancur, dan risiko persenjataan yang tidak meledak tetap tinggi," kata OCHA.
"Kami dan mitra kemanusiaan kami memobilisasi untuk mendapatkan makanan dan dukungan tempat tinggal darurat,” sambungnya, mengutip dari Xinhua, Rabu, 22 Januari 2025.
Dengan adanya gencatan senjata, banyak warga Palestina yang mengungsi kembali ke lokasi rumah mereka, banyak di antaranya sudah menjadi puing.
"Menurut mitra kami yang bekerja, lebih dari 90 persen unit perumahan di Gaza telah rusak atau hancur selama 15 bulan terakhir," sebut OCHA.
"Mengingat skala kerusakan dan kebutuhan di Gaza, kami berupaya untuk mengirimkan bantuan penting kepada masyarakat secepat mungkin,” lanjutnya.
OCHA juga mendesak negara-negara anggota dan mitra PBB untuk memastikan operasi bantuan di Gaza didanai untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar.
Ketika ditanya apakah ada peningkatan truk bantuan yang masuk ke Gaza, Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal Antonio Guterres, mengatakan kepada wartawan bahwa 915 truk menyeberang ke Gaza pada hari Senin, berdasarkan informasi yang diterima melalui otoritas Israel dan penjamin perjanjian gencatan senjata.
Mengenai Tepi Barat, OCHA mengatakan sangat prihatin dengan keselamatan dan kesejahteraan warga Palestina di kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin, tempat pasukan Israel melakukan operasi.
Menurut laporan awal, serangan udara, buldoser berat, dan operasi pasukan penyamaran telah mengakibatkan beberapa kematian dan puluhan cedera, termasuk di antaranya personel medis, kata OCHA.
"Taktik mematikan seperti perang -- termasuk serangan udara -- diterapkan berulang kali selama operasi di Tepi Barat, yang menimbulkan kekhawatiran atas penggunaan kekuatan yang melampaui standar penegakan hukum,” sebut OCHA.
Operasi Israel terbaru di kamp pengungsi Jenin menyusul bentrokan selama berminggu-minggu antara pasukan Palestina dan warga Palestina bersenjata.
Kantor tersebut mengatakan badan bantuan PBB untuk Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa, hingga pekan lalu, sekitar 2.000 keluarga telah mengungsi dari kamp Jenin selama bentrokan antar-Palestina.
OCHA mengatakan badan dunia dan mitra kemanusiaannya mendistribusikan kasur dan selimut kepada mereka yang mengungsi dalam operasi awal bulan ini. Para pekerja kemanusiaan tidak dapat mengakses daerah tersebut dengan aman karena tingginya permusuhan.
Baca juga: Penasihat Trump Tegaskan Hamas Tak Akan Pernah Berkuasa Lagi di Gaza