Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 12 October 2023 18:46
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini bergerak stagnan. Meskipun pergerakan mata uang Garuda tersebut masih dibayangi pelemahan.
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 12 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.699 per USD. Mata uang Garuda tersebut tak bergerak dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup stagnan walaupun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp15.699 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.699 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Dibayangi wacana kenaikan suku bunga Fed
Ibrahim menilai pergerakan rupiah hari ini dibayangi risalah pertemuan terakhir The Fed yang menunjukkan sebagian besar pengambil kebijakan bank sentral sepakat untuk menaikkan suku bunga satu kali lagi karena tren inflasi terus jauh di atas target.
"Meskipun demikian, risalah tersebut juga menunjukkan ketidakpastian seputar perekonomian sebagai hal yang mendukung agar hati-hati dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan yang tepat," terang dia.
Adapun minggu-minggu setelah pertemuan September terjadi kenaikan tajam dalam imbal hasil Treasury, dan hal ini disebut oleh sejumlah pejabat Fed sebagai faktor yang memungkinkan mereka mengakhiri siklus kenaikan
suku bunga, sehingga merugikan mata uang AS.
Penurunan terbatas pada Kamis setelah angka inflasi produsen AS pada September lebih kuat dari perkiraan, menciptakan ketegangan menjelang pembacaan harga konsumen di sesi ini.
Analis memperkirakan angka utama akan naik 3,6 persen (yoy) dan 0,3 persen (mom) untuk bulan ini. Sementara CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan bahan bakar, diperkirakan akan naik 4,1 persen (yoy) dan 0,3 persen (mom).
"Selain itu, perekonomian Inggris tumbuh 0,2 persen pada Agustus, sebagian pulih setelah penurunan tajam 0,6 persen pada Juli. Pertumbuhan ini mengurangi kemungkinan resesi yang dimulai pada periode Juli-September, dengan ONS menyatakan perekonomian perlu tumbuh sebesar 0,2 persen pada September untuk menghindari kontraksi pada kuartal ketiga," ujar Ibrahim.
Baca juga: Bank Dunia Prediksi Suku Bunga Tinggi Berlangsung Lama
Jaga stabilitas makroekonomi
Di sisi lain, lanjut Ibrahim, Bank Dunia (World Bank) melihat Indonesia perlu melanjutkan menjaga stabilitas makroekonomi untuk tetap dilirik para investor yang cenderung
wait and see menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.
"Tugas Indonesia saat ini harus fokus menjaga stabilitas kebijakan makroekonomi baik fiskal dan moneter saat ini tidak diperlukan untuk mendorong ekspansi siklikal karena ekonomi sudah tumbuh di level lima persen, sehingga fokus kebijakan makro adalah terus menjaga stabilitas," papar dia.
Saat ini pun pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) berhasil menjaga inflasi di level yang terkendali, seiring dengan suku bunga acuan yang terus dipertahankan pada level 5,75 persen sejak Januari 2023.
Menurut Ibrahim, hal yang menjadi kunci dalam menarik investor di tengah situasi ini adalah Indonesia harus melanjutkan reformasi struktural.
Misalnya, adanya omnibus law UU Cipta Kerja yang meningkatkan fleksibilitas pasar kerja hingga omnibus law sektor keuangan yang bertujuan untuk mendorong stabilitas serta akses dan inklusi sektor keuangan, salah satunya melalui Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
"Reformasi struktural yang penting untuk memperdalam kapasitas sisi penawaran, bukan tentang pertumbuhan siklus, namun pertumbuhan struktural," tegas Ibrahim.
Selain itu, pemerintah pun masih optimistis untuk menyerap investasi hingga menuju target Rp1.400 triliun sepanjang 2023. Berdasarkan catatan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi sepanjang semester I-2023 mencapai Rp678,7 triliun atau 48,5 persen dari target.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.670 per USD hingga Rp15.750 per USD," kata Ibrahim.