Ilustrasi pembangunan hunian di IKN. Foto: Kementerian PUPR
Despian Nurhidayat • 28 July 2024 14:57
Jakarta: Anggota Pokja Pemantauan Tim Nasional Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) Ikhwan Primanda mengatakan hampir 79 tahun Indonesia merdeka, perekonomian Indonesia masih saja dikuasai korporasi, baik swasta maupun milik pemerintah.
Koperasi sebagai perwujudan ekonomi Pancasila belum juga mampu menjadi soko guru perekonomian Indonesia yang merdeka. Kendati demikian, pembangunan IKN Nusantara bisa dijadikan momentum revitalisasi gerakan koperasi. Ratusan ribu ASN terpelajar ini bisa didorong membentuk ribuan Koperasi ASN.
"Dimulai dari bisnis pengembangan perumahan untuk anggotanya, koperasi ASN bisa melebarkan bisnis ke kuliner dan jasa-jasa lainnya untuk menggerakkan ekonomi IKN Nusantara. Ribuan koperasi tersebut akan menjadi contoh dan gerakan besar yang bisa merevitalisasi gerakan koperasi di Indonesia," ungkap Ikhwan dilansir dari keterangan resmi, Minggu, 28 Juli 2024.
"Saya yakin dari ribuan koperasi IKN Nusantara tersebut bisa lahir koperasi besar sekelas Zuivelcooperatie Frieslandcampina U.A. yang memiliki perusahaan consumer goods berbasis susu di 36 negara," tambah dia.
Lebih lanjut, menurutnya, konsep hunian Smart-Vertical-Living yang diusung saat ini sangat mahal untuk kemampuan ekonomi ASN dan juga pemerintah. Sebanyak 47 tower hunian yang dibangun Kementerian PUPR menghabiskan biaya Rp9,3 triliun untuk membangun 2.820 unit hunian atau setara Rp3,3 miliar per unit 98 meter persegi.
Jika ASN yang pindah sebanyak 118.513 orang, maka biaya pembangunan hunian yang smart-vertical-living itu akan menghabiskan dana sekitar Rp150 triliun sampai Rp390 triliun.
Kota Sejong di Korea Selatan bisa menjadi gambaran implementasi dari konsep Smart-Vertical-Living tersebut. Kota Sejong mulai dibangun pada 2011 dan saat ini sudah beroperasi dengan 350 ribuan penghuni tinggal dalam 200 ribuan unit apartemen. Hingga akhir 2023, biaya pembangunan Sejong sudah mencapai USD130 miliar atau setara Rp2.041 triliun.
Dengan APBN sekitar Rp16 triliun sampai Rp29 triliun per tahun untuk biaya pembangunan dan operasional IKN, maka diperkirakan IKN Nusantara perlu waktu 100 tahun untuk menjadi seperti Sejong.
Baca juga: Mendag Dorong Koperasi Optimalkan Produk Unggulan |