Awal Pekan, Rupiah Ditutup Melemah 0,21% ke Level Rp16.170

Ilustrasi. Foto: MI/Susanto.

Awal Pekan, Rupiah Ditutup Melemah 0,21% ke Level Rp16.170

Husen Miftahudin • 15 July 2024 16:32

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami pelemahan, setelah dalam beberapa hari terakhir terus mengalami penguatan hingga menembus level Rp16.100-an per USD.

Mengutip data Bloomberg, Senin, 15 Juli 2024, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.170 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun 33 poin atau setara 0,21 persen dari posisi Rp16.136 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Meski demikian, analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa besok akan menguat kembali.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.130 per USD hingga Rp16.210 per USD," ujar Ibrahim, dikutip dari analisis hariannya.

Ia pun membeberkan penyebab melemahnya nilai tukar rupiah saat melawan dolar AS hari ini, diantaranya sentimen yang berasal dari eksternal maupun internal.
 

Dibayangi kabar penembakan Trump


Greenback mendapat beberapa tawaran beli setelah terjadi penembakan pada kampanye Donald Trump di Pennsylvania, dan mantan Presiden AS tersebut tertembak di telinganya. Namun Trump terlihat mendesak para pendukungnya untuk 'berjuang' setelah insiden penembakan tersebut.

Trump sekarang akan hadir di konvensi Partai Republik 2024 di akhir pekan ini, dan kemungkinan besar akan dicalonkan sebagai kandidat terdepan partai tersebut untuk pemilihan presiden.

Para analis mengatakan penembakan tersebut meningkatkan peluangnya untuk menang atas Joe Biden, sebuah skenario yang pada akhirnya dapat menguntungkan dolar, mengingat Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis.

"Dolar juga akan mengambil lebih banyak isyarat dari pidato Ketua Fed Jerome Powell akhir pekan ini," jelas Ibrahim.

Di Asia, perekonomian Tiongkok tumbuh kurang dari yang diperkirakan sebesar 4,7 persen pada kuartal kedua, menurut data produk domestik bruto, di tengah meningkatnya hambatan akibat lemahnya belanja konsumen.

Angka tersebut meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya pemulihan ekonomi di negara tersebut, terutama ketika negara tersebut bergulat dengan melambatnya belanja konsumen.

Selain itu, yen telah menguat tajam terhadap dolar akhir pekan lalu, memicu spekulasi mengenai apakah tindakan tersebut disebabkan oleh intervensi pemerintah atau karena berkurangnya taruhan terhadap yen.

Yen juga pulih dari level terlemahnya dalam 38 tahun. Meskipun terjadi pemulihan baru-baru ini, yen masih mengalami penurunan tajam terhadap dolar selama dua tahun terakhir.
 
Baca juga: Rupiah Dibuka Turun 0,14% di Awal Pekan
 

Neraca perdagangan cetak surplus lagi


Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus pada Juni 2024. Surplus neraca perdagangan barang pada Juni 2024 mencapai USD2,39 miliar atau turun USD0,54 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD2,92 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Adapun surplus neraca perdagangan Juni 2024 ditopang oleh komoditas nonminyak dan gas (migas) yakni sebesar USD4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan surplus adalah bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), besi dan baja (HS 72) dan beberapa komoditas lainnya.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan non migas Juni 2024 sebesar USD4,43 miliar lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar USD4,25 miliar, maupun bulan yang sama tahun lalu yang sebesar USD4,41 miliar.

Pada saat yang sama, neraca perdagangan dari komoditas migas tercatat defisit USD2,04 miliar. Komoditas penyumbang defisit berasal dari hasil minyak dan minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Juni 2024 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni sebesar USD1,33 miliar, maupun dibandingkan dengan bulan sama tahun lalu sebesar USD0,96 miliar.

Lebih lanjut, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor. Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar USD20,84 miliar, atau turun 6,65 persen secara bulanan. Sedangkan nilai impor Indonesia tercatat sebesar USD18,45 miliar, atau turun 4,89 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)