Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Meningkat karena Korban Berani Angkat Bicara

Ilustrasi. Foto: Dok MI

Kekerasan di Lingkungan Pendidikan Meningkat karena Korban Berani Angkat Bicara

Media Indonesia • 27 December 2024 18:10

Jakarta: Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Irsyad Zamjani mengatakan kasus kekerasan di lingkungan pendidikan bisa meningkat karena dua hal.

Pertama, karena memang kasusnya tambah banyak dan yang kedua karena publik sekarang sudah lebih aware, sudah lebih sadar tentang pentingnya untuk bicara/melapor untuk menyampaikan adanya kasus-kasus kekerasan yang dialami.

"Kasus yang terjadi kekerasan seksual atau pun bullying atau perundungan. Hasilnya sebenarnya mirip dengan yang didapatkan oleh JPPI. Kisarannya 10-15 persen siswa secara umum. Jadi kalau kita lihat menurut pengakuan murid dan ini kita kategorisasi ke dalam kategori rawan, waspada, dan aman," kata Irsyad, Jumat, 27 Desember 2024.
 

Baca juga: 

Kemendikdasmen Kecam Segala Tindak Kekerasan yang Terjadi di Satuan Pendidikan



Praktik kekerasan dialami terutama oleh 10-15 persen murid di Indonesia. Persentase tersebut juga terbilang sangat besar jika dihitung dengan total siswa di seluruh sekolah. Namun secara umum kondisi sekolah di seluruh daerah relatif aman dari kekerasan.

"Untuk perundungan sama yaitu anak laki-laki cenderung lebih banyak yang mengalami kekerasan karena melakukan hal-hal yang memang menurut mereka bercanda tapi menurut yang jadi korban sesuatu yang tidak menyenangkan yang bisa dianggap sebagai kekerasan," ujar dia.

Hukuman fisik juga laki-laki yang paling banyak mendapatkan kekerasan. Sementara kekerasan seksual dialami banyak anak perempuan.

Sebelumnya Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) sepanjang 2024 mencatatkan 573 kasus kekerasan di sekolah. Pelaku terbanyak dalam kasus ini adalah guru, yang mencapai 43,9 persen. (M. Iqbal Al Machmudi)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)