Gedung Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 3 December 2025 12:40
Moskow: Pemerintah Rusia mengatakan bahwa kompromi terkait isu krusial pendudukan wilayah Ukraina dalam upaya mengakhiri perang di negara tersebut belum tercapai.Pernyataan itu disampaikan menyusul pertemuan antara utusan khusus Amerika Serikat (AS) Steve Witkoff dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.
Witkoff, bersama menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, telah bertemu Putin pada Selasa kemarin untuk menengahi perang Rusia–Ukraina.
Ajudan senior Kremlin, Yury Ushakov, mengatakan pertemuan tersebut berlangsung hampir lima jam hingga lewat tengah malam. Meski dinilai bermanfaat dan konstruktif, Ushakov mengakui belum ditemukan titik temu.
Namun, sejumlah gagasan dari pihak AS masih dapat didiskusikan lebih lanjut. “Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, baik di Washington maupun di Moskow,” ujar Ushakov, dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 3 Desember 2025.
Delegasi AS datang ke Moskow untuk membahas rencana perdamaian versi terbaru Washington, menyusul kritik keras terhadap draf 28 poin sebelumnya yang dinilai Ukraina dan para sekutunya terlalu menguntungkan Rusia. Di sisi lain, Kremlin juga mengecam proposal tandingan yang diajukan Kyiv bersama negara-negara Eropa.
Menjelang pertemuan tersebut, Putin melontarkan pernyataan keras dalam sebuah forum investasi. Ia menegaskan Rusia siap berperang melawan Eropa dan menilai berbagai proposal perdamaian sebagai upaya memblokir proses negosiasi dengan mengajukan tuntutan yang dianggap tidak dapat diterima oleh Moskow.
Putin juga mengancam akan meningkatkan serangan terhadap pelabuhan dan kapal Ukraina, termasuk kapal tanker yang mendukung Kyiv, menyusul serangan terhadap kapal pengangkut minyak Rusia di lepas pantai Turki.
Menanggapi pernyataan itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengatakan Putin tidak menunjukkan keinginan untuk mengakhiri perang dan justru mengancam kebebasan navigasi. Sementara itu, dalam kunjungannya ke Irlandia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa yang dibutuhkan adalah perdamaian yang bermartabat.
Dalam sebuah acara di Dublin, Zelenskyy juga mengungkap kekhawatirannya bahwa sekutu Kyiv bisa mengalami kelelahan dalam mendukung Ukraina. Ia menilai tujuan Rusia adalah melemahkan perhatian dan keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik ini. Di Washington, Presiden AS Donald Trump mengakui bahwa proses negosiasi berlangsung sangat sulit, sementara perang terus menelan puluhan ribu korban setiap bulan.
Seorang pejabat senior Ukraina kepada AFP menyebutkan bahwa Witkoff dan Kushner kemungkinan akan bertemu delegasi Ukraina pada Rabu di Brussel. Aktivitas diplomatik ini berlangsung di tengah klaim Rusia atas Kota Pokrovsk, yang dinilai sebagai wilayah strategis di kawasan Donbas, Ukraina.
Kyiv membantah klaim tersebut dan menilai Moskow berupaya memproyeksikan kesan bahwa kemenangan Rusia tidak terelakkan. Putin sendiri mengisyaratkan bahwa pasukan Rusia kini menguasai lebih dari 19 persen wilayah Ukraina, dengan kemampuan untuk bergerak ke berbagai arah dari sektor-sektor yang telah dikuasai sejak 2022.
Dalam draf proposal perdamaian AS yang sebelumnya bocor, sejumlah tuntutan Rusia mencakup pembatasan kekuatan militer Ukraina, penguasaan penuh atas wilayah Donbas, serta pengakuan atas kehadiran Rusia di Zaporizhia dan Kherson. Kyiv menegaskan konsesi tersebut sama dengan kapitulasi. Zelenskyy menegaskan bahwa menjaga keutuhan wilayah Ukraina tetap menjadi tantangan terbesar dalam perundingan yang masih berlangsung. (Kelvin Yurcel)
Baca juga: Trump Disebut Akan Mengakui Sejumlah Wilayah Ukraina yang Diduduki Rusia