Dr. Alaa Al-Najjar kehilangan sembilan dari 10 anaknya dalam serangan Israel di Gaza. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 25 May 2025 18:54
Gaza: Dr. Alaa Al-Najjar tak pernah menyangka bahwa perpisahannya dengan kesepuluh anaknya pada Jumat lalu akan menjadi yang terakhir.
Saat ia tengah merawat anak-anak korban selamat dari serangan udara Israel di Kompleks Medis Nasser, Khan Younis, Gaza selatan, jenazah anak-anaknya sendiri—hangus dan tercerai-berai—dievakuasi satu per satu ke kamar jenazah rumah sakit yang sama. Beberapa bahkan ditemukan tanpa kepala.
Dokter anak yang telah menyelamatkan banyak nyawa selama berbulan-bulan perang di Gaza, kini berdiri tak berdaya di tengah tragedi yang menimpa keluarganya sendiri.
Ia tak mampu menyelamatkan atau bahkan mengumpulkan sisa jasad anak-anaknya setelah misil Israel menghantam rumah mereka di wilayah Qizan Al-Najjar, Khan Younis timur.
Mengutip dari Anadolu Agency, Minggu, 25 Mei 2025, serangan itu menghantam rumah tempat 10 anak dan suaminya, Dr. Hamdi Al-Najjar, tengah berlindung. Misil tersebut diyakini menggunakan teknologi penargetan presisi tinggi yang mampu mengidentifikasi siapa saja yang berada di dalam bangunan.
Serangan ini terjadi hanya tiga hari setelah Moshe Feiglin, tokoh sayap kanan Israel dan pemimpin partai “Zehut,” menyerukan secara terbuka agar Tel Aviv “menghabisi” anak-anak di Gaza.
Mantan anggota parlemen dari Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu menyatakan: “Setiap anak, setiap bayi di Gaza adalah musuh.”
Kompleks Medis Nasser, melalui kutipan Wakil Menteri Kesehatan Gaza Youssef Abu al-Rish, menyampaikan bahwa Dr. Alaa Al-Najjar berdiri di luar ruang operasi dalam keadaan terpukul, menunggu kabar kondisi anaknya yang satu-satunya selamat serta suaminya.