Monumen Hamid Rusdi di kawasan Simpang Balapan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Metrotvnews.com/Daviq Umar Al Faruq
Daviq Umar Al Faruq • 29 October 2025 18:56
Malang: Dalam rangkaian peringatan Hari Veteran Nasional, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat mengusulkan nama Mayor Hamid Rusdi sebagai calon Pahlawan Nasional. Usulan itu disampaikan usai ziarah ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Untung Suropati pada Minggu, 10 Agustus 2025.
Pengamat sejarah dan budaya Malang, Agung H Buana, mendukung penuh langkah Pemkot Malang tersebut. Ia menilai perjuangan Hamid Rusdi memiliki dampak signifikan bagi sejarah kota dan bangsa.
“Malang ini kan kota perjuangan. Banyak pahlawan-pahlawan lokal yang memang sudah layak untuk diajukan sebagai pahlawan nasional. Apalagi kita juga paham bahwa Malang sarat dengan perjuangan kemerdekaan maupun mempertahankan kemerdekaan,” ujar Agung, Rabu, 29 Oktober 2025.
Menurut Agung, kiprah Hamid Rusdi paling menonjol dalam periode Agresi Militer Belanda I dan II. Sebagai komandan, perjuangannya tidak hanya menunjukkan keberanian di medan laga, tetapi juga keteladanan yang menginspirasi.
“Masanya Hamid Rusdi itu pada peristiwa agresi militer pertama sampai kedua. Dan beliau sebagai komandan punya banyak cerita untuk dijadikan sebagai pahlawan nasional,” jelas Agung.
Namun jalan menuju gelar Pahlawan Nasional tidak mudah. Penilaian dilakukan secara ketat oleh Kementerian Sosial melalui tim khusus yang meninjau kontribusi, dampak sejarah, dan nilai keteladanan.

Kisah gugurnya Hamid Rusdi menyimpan catatan penting dalam sejarah perjuangan Malang. Berdasarkan literatur Kodam V Brawijaya, Hamid Rusdi tidak gugur dalam pertempuran terbuka.
“Versi yang saya baca, dia gugur bukan dalam pertempuran, tetapi karena tertangkap dalam penggerebekan oleh Belanda. Ditangkap di Sekarputih, lalu dibawa menuju kota, tapi sampai di Wonokoyo langsung dieksekusi,” ungkap Agung.
Setelah eksekusi, jenazah Hamid Rusdi dibawa ke sebuah musala dekat lokasi untuk dimandikan sebelum dimakamkan tanpa dikafani, sebagaimana tradisi bagi mereka yang gugur sebagai syahid. Makamnya awalnya berada di Makam Umum Wonokoyo sebelum dipindahkan ke TMP Untung Suropati pada 1980-an.
Salah satu warisan terbesar Hamid Rusdi adalah lahirnya Bahasa Walikan, gaya bahasa khas Malang yang membalik susunan kata. Bahasa ini awalnya diciptakan oleh kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK) yang dipimpinnya untuk berkomunikasi secara rahasia saat Agresi Militer Belanda II pada 1949.
Kini, Bahasa Walikan telah menjadi identitas budaya Kota Malang. Dari sandi perang menjadi bahasa pergaulan sehari-hari, warisan ini menunjukkan kecerdikan dan kreativitas para pejuang dalam menghadapi penjajah.
Meski kisah heroiknya sudah dikenal masyarakat Malang, Agung menilai masih banyak aspek perjuangan Hamid Rusdi yang perlu digali lebih dalam melalui Forum Group Discussion (FGD) dan penelitian sejarah yang komprehensif.
“Sebelum diajukan sebagai pahlawan nasional, harus melalui beberapa tahapan. Salah satunya dengan FGD untuk menggali lebih jauh siapa tokoh ini, bagaimana persepsi masyarakat terhadapnya, dan bagian mana dari perjuangannya yang menginspirasi bangsa,” jelas Agung.
Dalam pandangan Agung, nama Hamid Rusdi telah melekat kuat di hati masyarakat Malang. Popularitas dan ketokohan sang komandan menjadi bukti nyata bahwa semangat perjuangannya masih hidup hingga kini.
“Kalau dari saya sih sangat layak. Dari sisi popularitasnya juga tinggi. Di mata masyarakat Malang, nama Hamid Rusdi itu sangat-sangat populer,” tegas Agung.
Dengan usulan ini, Kota Malang berharap dapat memberikan pengakuan yang layak bagi salah satu putra terbaiknya yang telah berjasa besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan Mayor Hamid Rusdi tidak hanya menjadi kebanggaan warga Malang, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa.