Pemimpin RSF Minta Maaf Atas Pembataian di El-Fasher Sudan

Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo. (Dok. RSF)

Pemimpin RSF Minta Maaf Atas Pembataian di El-Fasher Sudan

Riza Aslam Khaeron • 31 October 2025 10:32

Darfur: Pemimpin Rapid Support Forces (RSF) Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau Hemedti, pada Rabu, 30 Oktober 2025, menyampaikan permintaan maaf atas pembantaian yang terjadi di kota el-Fasher, Darfur.

Permintaan maaf ini muncul setelah tekanan internasional meningkat akibat beredarnya video yang memperlihatkan eksekusi massal terhadap warga sipil oleh anggota RSF.

Sebelumnya, laporan dari Pasukan Gabungan sekutu militer Sudan, seperti dikutip The Guardian pada Selasa, 28 Oktober 2025, menuduh RSF telah membunuh lebih dari 2.000 warga sipil tak bersenjata dalam beberapa hari terakhir di el-Fasher.

Tuduhan ini diperkuat oleh analisis Citra Satelit dari Yale Humanitarian Research Lab yang menyebut terjadinya operasi pembunuhan sistematis terhadap komunitas Fur, Zaghawa, dan Berti secara door-to-door.

Melansir BBC, Hemedti mengakui adanya pelanggaran yang dilakukan oleh anak buahnya saat merebut el-Fasher. Ia berjanji akan melakukan penyelidikan menyeluruh dan telah mengirimkan komite investigasi ke lokasi.

Dalam pernyataannya, Hemedti menyatakan penyesalan atas bencana yang menimpa warga el-Fasher, serta menekankan bahwa tindakan brutal tersebut tidak mewakili kebijakan resmi RSF.

Pernyataan tersebut datang setelah BBC Verify memverifikasi rekaman yang menunjukkan seorang pria bernama Abu Lulu, yang diduga anggota RSF, melakukan penembakan terhadap warga tak bersenjata di sekitar el-Fasher.

RSF kemudian mengunggah video penangkapan Abu Lulu yang telah dibawa ke Penjara Shala, pinggiran kota el-Fasher.

Meski Hemedti menjanjikan penyelidikan, berbagai pihak internasional menyambut skeptis janji tersebut. Pasalnya, janji serupa sebelumnya juga disampaikan RSF terkait pembantaian di el-Geneina pada 2023 dan kekejaman di negara bagian Gezira, namun tidak pernah ditindaklanjuti secara transparan.

Kemarahan global semakin membesar setelah laporan dari WHO pada Rabu, 30 Oktober 2025, menyebutkan bahwa lebih dari 460 orang, termasuk pasien dan pendampingnya, dibantai di rumah sakit terakhir yang masih beroperasi di el-Fasher.
 

Baca Juga:
Siapa Itu RSF? Pasukan Paramiliter yang Dituduh Lakukan Genosida di Sudan

Laporan dari Sudan Doctors Network menyatakan bahwa RSF menyerbu bangsal, mengeksekusi pasien rawat inap dan orang-orang yang sedang menunggu di klinik. Dr Mohamad Faisal, juru bicara jaringan tersebut, menyebut bahwa sekitar 200 pasien dan 250 pengunjung menjadi korban.

Korespondensi BBC juga mencatat bahwa rumah sakit tersebut sebelumnya sudah sering menjadi sasaran serangan udara dan artileri RSF selama 18 bulan pengepungan el-Fasher. Serangan semakin intens dalam dua bulan terakhir.

Organisasi bantuan Solidarités International melaporkan bahwa sekitar 5.000 warga berhasil melarikan diri ke Tawila, 60 km dari el-Fasher, dalam kondisi sangat lemah dan trauma. Mereka mengonfirmasi adanya pemerkosaan, kekerasan berbasis gender, serta eksekusi kilat terhadap warga sipil.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB pada Rabu malam mengeluarkan pernyataan mengutuk penyerangan terhadap el-Fasher, menuntut dibukanya jalur evakuasi, dan menegaskan tidak akan mengakui pemerintahan paralel RSF.

Dalam sesi darurat tersebut, pejabat kemanusiaan tertinggi PBB Tom Fletcher menekankan perlunya akuntabilitas menyeluruh: dari pelaku lapangan, pemberi perintah, hingga pemasok senjata.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Stephen Doughty menyatakan bahwa kekejaman di el-Fasher sangat mengerikan dan menunjukkan pola penyiksaan serta kekerasan seksual berbasis etnis. Pemerintah Inggris pun menjadi penggagas sesi darurat Dewan Keamanan.

Di tengah meningkatnya tekanan, seruan terhadap Uni Emirat Arab (UEA) juga menguat. UEA dituding menjadi pemasok senjata bagi RSF, meski pemerintahnya membantah. Para aktivis dan analis menyebut bahwa dukungan militer UEA memperburuk kekerasan di Darfur.

El-Fasher merupakan benteng terakhir militer Sudan di wilayah Darfur sebelum direbut oleh RSF setelah pengepungan panjang. Kini, RSF menguasai sebagian besar wilayah barat dan Kordofan selatan, sementara tentara Sudan mempertahankan wilayah ibu kota dan kawasan timur.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arga Sumantri)