Trump Disebut Mulai Percaya Netanyahu Hambat Gencatan Senjata di Gaza

Donald Trump dan Benjamin Netanyahu saat berada di Washington, AS, 28 Januari 2020. (EPA-EFE)

Trump Disebut Mulai Percaya Netanyahu Hambat Gencatan Senjata di Gaza

Riza Aslam Khaeron • 1 August 2025 18:27

Washington DC: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump disebut semakin curiga terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang diduga sengaja memperpanjang perang Gaza demi kepentingan politik pribadinya.

Kecurigaan ini muncul setelah Trump merasa geram dengan serangan udara Israel di Suriah serta serangan rudal yang menghantam satu-satunya Gereja Katolik di Gaza, sementara krisis kelaparan di wilayah tersebut kian memburuk.

Melansir The Atlantic pada Kamis, 31 Juli 2025, dua pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan bahwa presiden mulai percaya bahwa Netanyahu menghalangi tercapainya gencatan senjata. Trump dan para pembantunya menilai bahwa tujuan militer Israel di Gaza sebenarnya telah lama tercapai.

Namun, Netanyahu justru terus melanjutkan operasi militer yang telah menewaskan puluhan ribu warga sipil.

Kemarahan Trump semakin meningkat setelah ia melihat gambar anak-anak Gaza yang kelaparan dan sekarat. Ia menilai kondisi tersebut nyata dan tak bisa dipalsukan. Dalam pernyataannya sebelum bertemu Perdana Menteri Inggris Keir Starmer di Skotlandia, Trump mengatakan anak-anak Gaza yang terlihat mengalami kelaparan parah di televisi tidak bisa direkayasa.

"Itu kelaparan sungguhan. Saya melihatnya, dan itu tidak bisa direkayasa," tegas Trump.

Sebagai bentuk respons, Trump mengirim utusan diplomatiknya, Steve Witkoff, ke Israel. Witkoff ditugaskan untuk menilai langsung situasi kemanusiaan di Gaza dan mengevaluasi efektivitas Gaza Humanitarian Foundation, lembaga nirlaba asal AS yang dibentuk untuk menyalurkan bantuan makanan.

Trump juga ingin menekan Israel agar membuka lebih banyak jalur distribusi bantuan, meskipun ada kekhawatiran sebagian bantuan akan disabotase oleh Hamas. Gedung Putih juga mendorong agar militer Israel menghentikan serangan terhadap warga sipil.
 

Baca Juga:
Trump Inginkan Kesepakatan untuk Akhiri Perang Rusia di Ukraina pada 8 Agustus
 

Kesal dengan Netanyahu tapi Tetap Pro-Israel

Trump dua sumber tersebut enggan secara terbuka memusuhi Netanyahu, namun tidak menutup mata terhadap sikap perdana menteri Israel yang dianggap memperkeruh upaya perdamaian. Ia masih menyalahkan Hamas atas kegagalan perundingan terakhir soal pembebasan sandera, tetapi ia juga kecewa Netanyahu tak bersedia mengakui krisis kelaparan yang dilaporkan organisasi-organisasi kemanusiaan.

Sementara itu, Trump menolak mendukung rencana Inggris dan Prancis untuk mengakui negara Palestina sebagai respons atas krisis di Gaza.

Menurut pejabat Gedung Putih, belum ada perubahan besar dalam kebijakan AS terhadap Israel, meskipun ada perbedaan pandangan yang semakin tajam. Seorang pejabat menegaskan bahwa "tidak ada keretakan signifikan" antara Trump dan Netanyahu, dan menyebut bahwa "sekutu bisa saja berbeda pendapat secara nyata."

Di sisi lain, tekanan dari basis pendukung Trump sendiri turut memengaruhi. Figur-figur MAGA seperti Marjorie Taylor Greene, Steve Bannon, dan Tucker Carlson mulai mengecam Israel secara terbuka. Greene bahkan menyebut situasi Gaza sebagai "genosida".

Ini memicu kekhawatiran di lingkaran dalam Trump, yang mulai mempertimbangkan implikasi politik domestik dari terus mendukung Netanyahu. Sebagian loyalis Trump menilai konflik ini menciptakan distraksi yang merugikan citra presiden dan melemahkan kendalinya atas pemberitaan politik.

Hubungan antara Trump dan Netanyahu sejatinya telah berliku sejak Trump marah karena Netanyahu secara cepat mengakui kemenangan Joe Biden dalam pemilu 2020. Meski mereka sempat terlihat akrab dalam beberapa pertemuan di Gedung Putih tahun ini, Trump tak menyempatkan diri mengunjungi Israel dalam kunjungan terakhirnya ke Timur Tengah.

Trump juga menghadapi tekanan akibat kegagalannya mengakhiri konflik di Ukraina. Ia sempat menyatakan bahwa dunia lebih damai di bawah kepemimpinannya di masa lalu. Kini, baik Gaza maupun Ukraina justru berada dalam kondisi konflik berkepanjangan. Hal ini menjadi sumber rasa malu yang mendalam bagi Trump, yang kerap memandang kebijakan luar negeri sebagai cerminan reputasi pribadinya.

Seorang penasihat luar Gedung Putih mengatakan bahwa Trump "hanya ingin cerita-cerita ini berhenti muncul di televisi." Ia disebut muak dengan sorotan media yang tak kunjung berhenti terhadap penderitaan Gaza dan ketegangan dengan Netanyahu, apalagi di tengah meningkatnya kontroversi lain seperti skandal Jeffrey Epstein yang turut membebani pemerintahannya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)