Presiden AS Donald Trump bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. (Anadolu Agency)
Muhammad Reyhansyah • 22 October 2025 14:33
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia tidak menginginkan “pertemuan yang sia-sia” setelah rencana pertemuan langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait perang di Ukraina resmi ditangguhkan.
Berbicara di Gedung Putih pada Selasa, 21 Oktober 2025, Trump menyiratkan bahwa perbedaan utama antara kedua pihak masih berkisar pada penolakan Moskow untuk menghentikan pertempuran di garis depan saat ini.
Sebelumnya, pejabat Gedung Putih menyatakan tidak ada rencana pertemuan Trump–Putin “dalam waktu dekat,” meskipun Trump sempat menyebut bahwa keduanya akan bertemu di Budapest dalam dua pekan mendatang.
Langkah Washington untuk menunda rencana tersebut dinilai sebagai upaya menghindari pengulangan dari pertemuan tergesa-gesa di Alaska pada Agustus lalu yang berakhir tanpa hasil konkret. “Sepertinya pihak Rusia menuntut terlalu banyak, dan jelas bagi Amerika bahwa tidak akan ada kesepakatan bagi Trump di Budapest,” kata seorang diplomat senior Eropa kepada Reuters dan dikutip BBC, Rabu, 22 Oktober 2025.
Rencana pertemuan pendahuluan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menlu Rusia Sergei Lavrov juga dibatalkan. Gedung Putih menyebut keduanya sudah melakukan “pembicaraan produktif melalui sambungan telepon,” sehingga pertemuan tatap muka tidak lagi diperlukan.
Pada Senin, Trump mengumumkan dukungannya terhadap usulan gencatan senjata yang disetujui Kyiv dan para pemimpin Eropa untuk membekukan konflik di sepanjang garis tempur yang ada. “Biarkan terpotong seperti sekarang. Saya katakan: hentikan di garis pertempuran. Pulanglah. Hentikan pertarungan, hentikan pembunuhan,” ujarnya.
Rusia Tolak Gencatan Sementara
Kremlin secara konsisten menolak gagasan untuk membekukan garis kontak saat ini. Juru bicara Dmitry Peskov menegaskan bahwa posisi Rusia “tidak berubah,” menekankan tuntutan Moskow agar pasukan Ukraina mundur sepenuhnya dari wilayah timur yang masih disengketakan.
Menlu Rusia Sergei Lavrov menyebut bahwa Moskow hanya tertarik pada “perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan,” dan menilai pembekuan garis tempur hanya akan menghasilkan gencatan senjata sementara. Ia juga mengatakan “akar penyebab konflik” harus diselesaikan, merujuk pada tuntutan Rusia agar kedaulatan penuh atas Donbas diakui dan Ukraina didemiliterisasi, sesuatu yang ditolak tegas oleh Kyiv dan mitra-mitra Eropanya.
Sementara itu, para pemimpin Eropa bersama Presiden Volodymyr Zelensky menyatakan dalam pernyataan bersama bahwa setiap pembicaraan untuk mengakhiri perang harus dimulai dengan pembekuan garis tempur saat ini.
Mereka menuduh Rusia “tidak serius” dalam membahas perdamaian. Zelensky menilai diskusi mengenai garis depan merupakan “awal dari diplomasi” yang justru dihindari oleh Moskow.
“Hal satu-satunya yang bisa membuat Rusia memperhatikan adalah pasokan senjata jarak jauh untuk Ukraina,” ujarnya.
Sebelumnya, Trump dilaporkan membahas rencana pertemuan dengan Putin melalui sambungan telepon, sehari sebelum bertemu Zelensky di Gedung Putih. Beberapa laporan menyebut pertemuan itu berlangsung tegang, dengan Trump diduga mendesak Zelensky menyerahkan sebagian wilayah Donetsk dan Luhansk sebagai bagian dari kesepakatan damai, sesuatu yang ditolak keras oleh Ukraina.
Putin diketahui menghubungi Trump secara mendadak pada Kamis lalu di tengah spekulasi bahwa AS berencana mengirim rudal jarak jauh Tomahawk ke Kyiv. Zelensky menilai isu tersebutlah yang akhirnya “memaksa Rusia mau berbicara.”
Meski tidak memperoleh hasil konkret dari pertemuan di Washington, Zelensky menyebut pembicaraan soal rudal itu sebagai “investasi diplomasi yang kuat” dalam upaya mendorong Moskow kembali ke meja perundingan.
Baca juga:
Pertemuan Putin-Trump Ditunda Usai Rusia Tolak Proposal Gencatan Senjata