Dolar AS Mulai Bangkit setelah Jadi 'Bulan-bulanan' Mata Uang Utama Dunia

Dolar AS. Foto: dok MI.

Dolar AS Mulai Bangkit setelah Jadi 'Bulan-bulanan' Mata Uang Utama Dunia

Husen Miftahudin • 13 December 2025 08:56

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) alami kenaikan terhadap mata uang utama pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) setelah jatuh dalam beberapa sesi terakhir, tetapi masih berada di jalur penurunan mingguan ketiga berturut-turut di tengah prospek pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve tahun depan.

Mengutip Xinhua, Sabtu, 13 Desember 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,05 persen menjadi 98,397.

Pada penutupan perdagangan di New York, poundsterling Inggris turun menjadi USD1,3366 dari USD1,3389 pada sesi sebelumnya.

Dolar AS diperdagangkan pada 155,90 yen Jepang, lebih tinggi dari 155,61 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS menguat menjadi 0,7959 franc Swiss dari 0,7951 franc Swiss.

Mata uang Negeri Paman Sam itu turun menjadi 1,3766 dolar Kanada dari 1,3779 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 9,2732 krona Swedia dari 9,2542 krona Swedia.
 

Baca juga: Dolar AS Jeblok, Jadi Bulan-bulanan 6 Mata Uang Utama Dunia


(Dolar AS. Foto: Freepik)
 

Ketidakpastian kebijakan moneter 2026


The Fed memotong suku bunga seperti yang diharapkan minggu ini, tetapi komentar dari Ketua Jerome Powell dan pernyataan yang menyertainya dipandang oleh investor sebagai kurang agresif daripada yang diharapkan dan memperkuat momentum penjualan dolar.

Kondisi tersebut membuat investor menghadapi ketidakpastian mengenai arah kebijakan moneter AS tahun depan karena tren inflasi dan kekuatan pasar tenaga kerja masih belum jelas.

Para pedagang memperkirakan dua kali penurunan suku bunga pada 2026, berbeda dengan para pembuat kebijakan yang hanya memperkirakan satu kali penurunan di tahun depan dan satu kali pada 2027.

Para pejabat Fed yang menentang penurunan suku bunga bank sentral AS minggu ini mengatakan mereka khawatir inflasi masih terlalu tinggi untuk membenarkan biaya pinjaman yang lebih rendah, terutama mengingat kurangnya data resmi terbaru tentang laju kenaikan harga.

Kebijakan moneter berkembang juga akan bergantung pada data ekonomi yang masih tertinggal dari dampak penutupan pemerintah federal selama 43 hari pada Oktober dan November. AS sedang menuju tahun pemilihan paruh waktu yang kemungkinan akan berfokus pada kinerja ekonomi, dengan Presiden Donald Trump mendesak pengurangan suku bunga yang lebih tajam.

Selain itu, penantian ketua Fed selanjutnya juga menjadi sorotan pasar. Hal itu disebut akan memengaruhi kekhawatiran yang semakin meningkat tentang independensi bank sentral di bawah Trump.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Husen Miftahudin)