Ke AS, Indonesia Siap Pimpin Dekarbonisasi Industri

Penandatanganan dua perjanjian potensi Carbon Capture Storage (CCS). Foto: Dokumen Kemenko Marves

Ke AS, Indonesia Siap Pimpin Dekarbonisasi Industri

Annisa ayu artanti • 14 November 2023 11:32

Washington: Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat menandatangani perjanjian bilateral tentang dekarbonisasi industri lantaran melihat adanya potensi Carbon Capture Storage (CCS) di Indonesia yaitu hingga 400 giga ton, 
 
Penandatanganan perjanjian ini merupakan awal dari proses panjang bagi pemerintah Indonesia dalam membangun ekosistem CCS. 
 
"Dengan adanya perjanjian ini, membuktikan bahwa semua perangkat di Indonesia, khususnya dari sisi Pemerintah, telah siap memanfaatkan potensi CCS Indonesia untuk kemajuan industri rendah karbon, peningkatan investasi, dan pembukaan lapangan kerja baru untuk masyarakat Indonesia," ujar Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Jodi Mahardi dalam siaran pers, Selasa, 14 November 2023.
 
Potensi penyimpanan karbon di Indonesia saat ini yang diperkirakan mencapai 400 giga ton, menurutnya menghadirkan peluang bisnis dan investasi yang signifikan bagi Indonesia.

Baca juga: Menteri ESDM Dorong Dekarbonisasi Sektor Pertambangan
 
Adapun dua perjanjian terkait CCS yang ditandatangani meliputi Amendemen Pokok-Pokok Perjanjian (HOA) yang memungkinkan kemajuan lebih lanjut CCS Hub oleh PT Pertamina (Persero) dengan ExxonMobil dan Nota Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MenESDM), Arifin Tasrif mengatakan upaya tersebut tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi, tetapi perjanjian ini juga akan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
 
"Dua perjanjian yang ditandatangani hari ini menandakan langkah penting dalam perjalanan Indonesia sebagai pemimpin dalam pengurangan emisi. Teknologi mutakhir di balik CCS Hub dan kompleks petrokimia tidak hanya akan mengurangi emisi dan mendorong industri rendah karbon tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menarik investasi. Produk hilirisasi dari kompleks petrokimia ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian Indonesia," tutur Arifin. 

Pengembangan komplek petrokimia 

Lebih lanjut, soal Nota Kesepahaman (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan ExxonMobil tentang Advance Petrochemical Complex in Indonesia yang ditandatangani Jodi dan Vice President ExxonMobil Chemical International Major Growth Ventures Ltd., Zoe Barinaga berisi tentang kesepakatan untuk menjajaki evaluasi dan pengembangan kompleks petrokimia mutakhir di Indonesia. 
 
Kompleks potensial itu akan menghasilkan polimer berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan pasar Asia yang terus bertumbuh. 
 
Rencana investasi ini juga akan menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha selama masa konstruksi dan pekerjaan saat operasi produksi, pemeliharaan, dan pelayanan terkait. 
 
Rencana investasi akan dirancang sebagai kompleks petrokimia rendah emisi, yang akan memanfaatkan peluang penyimpanan CO2 di sekitarnya, seperti CCS Hub yang sedang dievaluasi oleh ExxonMobil dan Pertamina PT (Persero). 
 
Sementara itu, terkait disain, dijelaskan, desain kompleks petrokimia yang rendah emisi akan selaras dengan pengembangan CCS Hub yang potensial di Indonesia, sehingga negara ini menjadi pemimpin dalam investasi rendah karbon di kawasan. 
 
Penciptaan lapangan kerja pada tahap konstruksi dan operasi dapat semakin memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Masuknya industri ini akan menciptakan efek berganda dan mempelopori jalan hilirisasi bagi kemakmuran perekonomian Indonesia.
 
Hal ini merupakan bukti daya saing Indonesia dengan kondisi fiskal yang menarik, posisi logistik ekspor yang strategis, rencana pertumbuhan ekonomi, lingkungan yang mendukung bisnis dan investasi, keunggulan penyimpanan CO2 yang berkembang, tenaga kerja konstruksi dan manufaktur yang sangat kompeten, serta biaya yang kompetitif.
 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)