Melemah ke Rp15.912/USD, Pemilihan Gibran Belum Mampu Selamatkan Rupiah!

Ilustrasi. Foto: MI/Pius Erlangga.

Melemah ke Rp15.912/USD, Pemilihan Gibran Belum Mampu Selamatkan Rupiah!

Husen Miftahudin • 23 October 2023 10:04

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan awal pekan ini kembali mengalami pelemahan, di tengah keputusan Bakal Calon Presiden (Bacapres) Prabowo Subianto yang resmi memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai pendampingnya untuk kontestasi Pilpres 2024.
 
Mengutip data Bloomberg, Senin, 23 Oktober 2023, rupiah dibuka di level Rp15.912 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun hingga 39,5 poin atau setara 0,25 persen dari Rp15.873 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah berada di level Rp15.913 per USD, turun 44 poin atau setara 0,27 persen dari Rp15.869 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah hari ini akan bergerak secara fluktuatif. Meski demikian rupiah kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
 
"Untuk perdagangan Senin, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.860 per USD hingga Rp15.940 per USD," jelas Ibrahim.

Baca juga: Gegara Konflik Timur Tengah, Rupiah Pekan Ini Bakal Tertekan hingga Sentuh Rp16 Ribu
 

Pelemahan rupiah relatif lebih baik di tahun politik

 
Memasuki tahun politik, jelas Ibrahim, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara lain di kawasan Asia dan global.
 
"Namun bagi masyarakat, pelemahan mata uang rupiah yang terus menerus akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga. Salah satunya harga komoditas dan akan berpengaruh terhadap menurunnya daya beli sehingga konsumsi masyarakat akan menurun," tutur dia.
 
Guna menahan laju pelemahan mata uang rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus bahu-membahu untuk melakukan pencegahan dengan melakukan strategi bauran ekonomi lebih banyak lagi.
 
Hal tersebut dilakukan agar bisa menahan gelombang eksternal yang luar biasa dahsyatnya, akibat perang antara Rusia dan Ukraina yang sampai saat ini belum ada kepastian untuk berdamai. Ditambah lagi dengan memanasnya tensi antara Israel dan Palestina di Timur Tengah.  
 
Di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, agar sejalan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation.
 
"Di samping intervensi di pasar valuta asing (valas), BI akan mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valas," terang Ibrahim.
 
Termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan instrumen-instrumen lain untuk meningkatkan mekanisme pasar. Baik dalam meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri.
 
"Selain itu, BI akan terus meningkatkan dan memperluas koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha dalam pengimplementasian instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Hal ini akan sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)