Amerika Serikat. Foto: Unsplash.
New York: Perekonomian Amerika Serikat (AS) akan tetap bertahan selama beberapa kuartal ke depan walaupun tingginya tumpukan utang akan menjadi hambatan pada tahun depan.
Kepala Ekonom Apollo Torsten Slok menuturkan hal itu karena kekuatan ekonomi Indonesia saat ini berasal dari beban utang yang tinggi, baik di kalangan konsumen AS maupun dunia usaha. Pada akhirnya, tren tersebut akan mulai melemah dan memicu penurunan tajam pada 2025.
Slok menunjukkan tunggakan meningkat pada kartu kredit dan pinjaman mobil, meskipun perekonomian memiliki tingkat pengangguran yang rendah.
Sementara itu, momentum perekonomian belum menghilangkan perusahaan-perusahaan dengan leverage tinggi yang tersebar di berbagai industri.
"Hal ini menunjukkan ketika masyarakat mulai kehilangan pekerjaan, dan ketika perekonomian mulai melambat, maka Anda sudah mengalami banyak tekanan," kata dia, dilansir Business Insider, Selasa, 14 Mei 2024.
Slok juga menunjuk pada real estate komersial, sektor yang menjadi sumber ketakutan luas di tengah tingginya suku bunga. Kenaikan ini telah menyebabkan biaya pinjaman bagi industri meroket, dan banyak yang khawatir akan terjadi tsunami gagal bayar utang jika suku bunga tidak segera turun.
Properti perkantoran merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampaknya, karena sangat dipengaruhi oleh pekerjaan jarak jauh dan menghadapi penurunan nilai.
Fitch Ratings melaporkan minggu lalu pinjaman perkantoran mencapai 54 persen dari volume tunggakan baru yang berjumlah lebih dari 60 orang pada April 2024.
Penurunan suku bunga
Sementara itu, Slok memperkirakan Federal Reserve tidak akan melakukan penurunan suku bunga tahun ini, dengan alasan bahwa bank sentral akan memerlukan perlambatan dramatis untuk memenuhi mandat inflasi dua persen dalam waktu dekat.
"Namun meskipun hal tersebut masih sulit dicapai, beberapa kuartal berikutnya masih akan menghasilkan kinerja yang solid. Kita juga mempunyai penarik dari belanja fiskal. Kita masih mempunyai belanja yang kuat dari Chips UU, UU Pengurangan Inflasi, UU Infrastruktur." kata dia.
Sejumlah pihak juga menyatakan kehati-hatian, dengan menyebutkan memburuknya kondisi pasar tenaga kerja sebagai bukti akan terjadinya resesi pada 2025.