PLTS. Foto: Unsplash.
Tokyo: Perusahaan energi terbarukan SolarEdge Technologies akan memberhentikan sekitar 16 persen tenaga kerja globalnya sebagai upaya untuk mengurangi biaya operasional.
Pengurangan tersebut, yang akan berdampak pada sekitar 900 karyawan, menyusul penghentian produksi perusahaan tersebut di Meksiko, pengurangan kapasitas produksi di Tiongkok, dan penghentian aktivitas e-mobilitas kendaraan komersial ringan.
"Kami telah mengambil keputusan yang sangat sulit, namun perlu untuk menerapkan pengurangan tenaga kerja dan langkah-langkah pemotongan biaya lainnya untuk menyelaraskan struktur biaya kami dengan dinamika pasar yang berubah dengan cepat,” kata CEO Zvi Lando, dilansir
Channel News Asia, Senin, 22 Januari 2024.
Perusahaan energi terbarukan ini memangkas ekspektasi pendapatan kuartal keempat pada November karena lemahnya permintaan untuk inverter surya. Pertumbuhan tenaga surya di Eropa telah melambat pada tahun lalu karena kelebihan persediaan dan melemahnya permintaan.
Sementara di Amerika Serikat, suku bunga yang lebih tinggi dan reformasi pengukuran di California, pasar tenaga surya terbesar di negara tersebut, telah menyebabkan rendahnya permintaan terhadap tenaga surya.
Pengangguran global
Tingkat pengangguran global bisa sedikit meningkat pada 2024. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan kekhawatiran tentang stagnasi produktivitas, memperburuk kesenjangan dan inflasi yang berdampak pada pendapatan penduduk. .
Badan tenaga kerja PBB (ILO) mengatakan pemulihan ekonomi dari pandemi covid-19 telah lambat, dengan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung dan inflasi yang terus-menerus memicu tindakan agresif bank sentral.
Tingkat pengangguran global pada 2022 mencapai 5,3 persen dan mengalami sedikit perbaikan pada tahun lalu menjadi 5,1 persen. Namun, pada 2024 diperkirakan akan ada tambahan dua juta pekerja yang mencari pekerjaan, sehingga meningkatkan tingkat pengangguran global menjadi 5,2 persen.