Kirab Budaya Yogyakarta Tampilkan Kereta Bersejarah Berusia 125 Tahun di HUT Sri Sultan

Kereta berusia seabad lebih yang dilibatkan dalam kegiatan Tingalan Dalem Taun (peringatan hari ulang tahun raja) salah satu agenda sakral Kraton Yogyakarta. Metrotvnews.com/Ahmad Mustaqim

Kirab Budaya Yogyakarta Tampilkan Kereta Bersejarah Berusia 125 Tahun di HUT Sri Sultan

Ahmad Mustaqim • 23 October 2025 09:24

Yogyakarta: Puluhan kuda yang ditunggangi penjinaknya memadati halaman Gedung DPRD DIY. Ratusan warga berduyun-duyun memadati kawasan dari Malioboro hingga Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang sudah disterilkan sebagai rute kirab. Suasana sakral dan meriah menyelimuti seluruh kawasan itu.

Kirab budaya ini diselenggarakan Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Nitya Budaya Kraton Yogyakarta dengan dukungan Pemerintah DIY. Acara digelar untuk memperingati hari ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam penanggalan Jawa pada Rabu sore, 22 Oktober 2025. Puncak acara berlangsung di area Pagelaran Kraton Yogyakarta dengan penuh khidmat.

Dua unit kereta kencana bersejarah milik Keraton Yogyakarta turut diikutsertakan dalam prosesi ini. Kereta Kiai Landower Surabaya dan Kereta Permili yang berusia lebih dari satu abad menjadi pusat perhatian dalam kirab tersebut. Selama ini, kedua kereta pusaka tersebut disimpan dan dirawat di Museum Wahanarata Yogyakarta.

"Dua kereta tersebut memang dikeluarkan terakhir kali pada 12 tahun yang lalu," kata penanggung jawab jalannya kegiatan, MB Renggowaditro, Rabu, 22 Oktober 2025.

Kereta Landower dibuat pada tahun 1900 dan pernah digunakan oleh Gusti Pangeran Haryo Purubaya. Sang pangeran kemudian naik tahta menjadi Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Sementara Kereta Kyai Landower Surabaya merupakan kereta buatan Spyker dari Belanda yang memiliki nilai sejarah tinggi.
 


Fisik Kereta Kyai Landower Surabaya didominasi warna hitam elegan dengan lentera persegi berlapis perak. Gagang pintu kereta berlapis nikel dan atapnya terbuat dari kulit hitam berkualitas tinggi. Kereta ini telah menjalani proses restorasi dan pengecatan ulang untuk menjaga keasliannya.

Renggowaditro menerangkan beberapa jenis kereta keraton tidak boleh digunakan sembarangan. Menurutnya, kereta-kereta pusaka itu hanya diperuntukkan bagi acara-acara tertentu yang memiliki makna khusus.

"Jadi ada yang hanya digunakan untuk upacara tertentu. Karena itu, keluarnya dua kereta ini menjadi momen yang istimewa, apalagi keduanya memiliki sejarah panjang lebih dari seratus tahun," ujar Renggowaditro.


Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X. Metrotvnews.com/ Ahmad Mustaqim

Sebanyak 60 ekor kuda dilibatkan dalam kirab budaya ini. Delapan ekor kuda khusus diperuntukkan menarik kereta pusaka, sementara sisanya ditunggangi prajurit dan peserta kirab lainnya.

Renggowaditro memaparkan Kyai Landower Surabaya dinaiki dua orang yang salah satunya memerankan tokoh Bupati Tumenggung. Kereta Permili dinaiki oleh enam orang pamucal atau pelatih Beksan Trunajaya.

Sebanyak 72 orang terlibat sebagai peraga dalam pementasan tari tradisional. Jumlah ini meningkat signifikan dibanding pelaksanaan sebelumnya yang hanya melibatkan 40 hingga 50 orang.

"Kalau dihitung bersama tokoh-tokoh dalam cerita, totalnya mencapai sekitar 80 orang. Kami juga berkolaborasi dengan korps prajurit kraton, terutama bagian musiknya," ucap Renggowaditro.

Tarian klasik Trunajaya yang dipentaskan menggambarkan semangat kesatriaan, heroisme, serta kesetiaan terhadap kebenaran. Pementasan tari ini mencerminkan peran Sultan sebagai Sayidin Panatagama Kalifatullah atau pemimpin spiritual dan budaya.

Kegiatan ini tidak hanya diikuti keluarga dan abdi dalem Kraton Yogyakarta, tetapi juga melibatkan perwakilan dari kabupaten/kota se-DIY. Keterlibatan berbagai unsur masyarakat menjadi bagian upaya merawat nilai-nilai budaya secara kolektif.

Total 400 peserta mengikuti kirab budaya ini. Mereka terdiri dari abdi dalem, sentana dalem, penari, prajurit, hingga partisipan dari masyarakat umum yang antusias.

Renggowaditro menambahkan Tingalan Dalem Taun atau peringatan hari ulang tahun raja merupakan agenda sakral Kraton Yogyakarta. Acara ini bukan sekadar bentuk bakti kepada Sri Sultan, tetapi juga penegasan peran kraton sebagai penjaga nilai adiluhung dan pusat spiritual budaya Jawa.

"Tidak hanya terlihat bahwa kraton menjadi akar tradisi, tetapi seluruh masyarakat juga ikut mengembangkan nilai-nilai itu sampai ke daerah-daerah lain," kata Renggowaditro.

Sri Sultan Hamengkubuwono X bukan sekadar pemimpin administratif bagi masyarakat Yogyakarta. Beliau adalah simbol perpaduan harmonis antara pemimpin spiritual, kultural, dan sosial yang mewarisi tahta leluhur Mataram.

Setiap keputusan dan langkahnya dianggap mengandung makna filosofis mendalam, mencerminkan kearifan lokal Jawa yang adiluhung. Dalam pandangan masyarakat Yogyakarta, Sultan adalah penjaga gawang nilai-nilai tradisi yang menjadi identitas khas Daerah Istimewa ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)