Warga Gaza beraktivitas di tengah kehancuran yang diakibatkan serangan Israel. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 18 May 2025 11:01
Gaza: Israel telah melancarkan operasi militer baru berskala besar di Jalur Gaza, yang disebut Tel Aviv ditujukan untuk menghancurkan kelompok pejuang Palestina Hamas dan membebaskan sandera tersisa.
Operasi militer baru Israel ini memicu kecaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah organisasi bantuan, yang memperingatkan warga sipil terus menanggung beban berat dari rentetan serangan yang meluas.
Setidaknya 262 orang tewas dan 675 lainnya cedera setelah Israel meningkatkan serangan hebat sejak Kamis lalu, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
"Situasi bagi warga Palestina di Gaza tidak dapat dijelaskan, sangat mengerikan dan sangat tidak manusiawi," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam sebuah keterangan pada Sabtu kemarin.
"Kebijakan pengepungan dan kelaparan mengolok-olok hukum internasional. Blokade terhadap bantuan kemanusiaan harus segera diakhiri. Ini adalah momen untuk kejelasan moral dan tindakan," tambahnya, dikutip dari CNN, Minggu, 18 Mei 2025.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam bahwa mereka telah melancarkan "serangan besar-besaran dan mengerahkan pasukan untuk merebut wilayah-wilayah strategis di Jalur Gaza, sebagai bagian dari langkah awal Operasi 'Gideon's Chariots' dan perluasan operasi di Gaza, untuk mencapai semua tujuan perang di Gaza, termasuk pembebasan para sandera dan kekalahan Hamas."
Sementara itu pada Sabtu kemarin, Israel dan Hamas melanjutkan pembicaraan di Qatar untuk mencapai gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah melakukan kontak dekat dengan tim negosiasi di Doha, dan telah menginstruksikan tim tersebut untuk tetap berada di ibu kota Qatar tersebut "untuk sepenuhnya mengerahkan semua upaya guna mengamankan pembebasan para sandera kami," kata seorang pejabat Israel.
Perkembangan ini terjadi saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakhiri kunjungannya ke Timur Tengah tanpa mengamankan kesepakatan gencatan senjata, dan setelah Netanyahu mengatakan awal bulan ini bahwa penduduk Gaza akan mengungsi ke selatan menyusul persetujuan kabinet keamanannya atas operasi militer yang diperluas.
Pengumuman IDF juga muncul tak lama setelah Kementerian Kesehatan Palestina menandai tonggak sejarah yang suram dalam perang di Gaza. Kamis lalu, kementerian tersebut mengatakan bahwa jumlah orang yang terbunuh oleh serangan Israel di Gaza setelah serangan 7 Oktober 2023 kini telah melampaui 53.000 – mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Israel Lancarkan Operasi Besar-Besaran untuk 'Merebut dan Kuasai' Gaza, 250 Orang Tewas