Jumlah Penduduk Miskin Ekstrem RI Turun, Kini Ada 2,38 Juta Orang

Jakarta: Sebanyak 2,38 juta orang di Indonesia berada dalam kategori kemiskinan ekstrem pada Maret 2025. Jumlah itu setara 0,85 persen dari total penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah itu menurun dibanding September 2024 yang tercatat sebanyak 2,78 juta orang.

Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Ateng Hartono mengatakan, jumlah penduduk miskin ekstrem itu didapat dengan melihat pengeluaran per kapita penduduk di bawah USD2,15. Itu merupakan standar Purchasing Parity Power (PPP) yang dikeluarkan Bank Dunia pada 2017.

"Berdasarkan data Susenas, Maret 2025 jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia sebanyak 2,38 juta orang atau turun sebanyak 0,40 juta orang dibandingkan dengan September tahun 2024," tutur Ateng dalam konferensi pers, Jumat, 25 Juli 2025.
 

Baca juga:  BPS: Penduduk Miskin Turun Jadi 23,85 Juta Orang

(Ilustrasi BPS. Foto: Dok MI)

BPS belum gunakan standar Bank Dunia  

Dia menjelaskan, sampai saat ini BPS belum menggunakan standar PPP terbaru yang dirilis oleh Bank Dunia. Alasannya ialah agar BPS dapat membandingkan pergerakan jumlah penduduk miskin ekstrem dari periode sebelumnya. Diketahui Bank Dunia menaikkan standar PPP baru untuk mengukur kemiskinan ekstrem menjadi USD3,00 per kapita per hari.

"World Bank sudah merilis dengan standarnya itu USD3,00 PPP per hari. Berdasarkan standar ini, Bank Dunia memperkirakan 5,44 persen penduduk Indonesia pada 2023 berada di bawah garis kemiskinan ekstrem versi tersebut," kata Ateng.

"Kemudian sampai saat ini memang kita belum, Indonesia belum secara resmi mengadopsi batas tersebut sebagai garis kemiskinan ekstrem nasional. Kami masih menggunakan USD2,15 PPP karena agar memperbandingkan dengan periode atau tahun-tahun sebelumnya," ujar dia.