Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. (Anadolu Agency)
Kyiv: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berencana hadir di Ankara, Turki, pada Kamis besok, untuk menghadiri proses perundingan damai dengan Rusia. Ia menyatakan siap menunggu kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin, yang hingga kini belum mengonfirmasi kehadirannya.
“Saya akan berada di Ankara untuk melakukan negosiasi. Saya akan bertemu Presiden Erdogan, dan kami akan menunggu Putin datang,” kata Zelensky kepada wartawan di Kyiv.
Ia menyatakan tekadnya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, namun menegaskan bahwa hanya Vladimir Putin yang bisa membuat keputusan tersebut.
“Saya akan melakukan segalanya untuk menyepakati gencatan senjata, karena hanya dengan dia saya harus bernegosiasi, dan hanya dia yang bisa memutuskan,” tegas Zelenskty, seperti dikutip Channel News Asia pada Rabu, 14 Mei 2025.
Tekanan Internasional terhadap Rusia
Jika Putin tidak hadir dalam perundingan, Zelensky mendesak agar negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat dan anggota Uni Eropa, untuk menindaklanjuti ancaman sanksi tambahan terhadap Moskow.
Sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat pada Januari, Washington telah melancarkan tekanan diplomatik agar kedua belah pihak mau berunding. Trump bahkan menyebut pertemuan di Ankara sebagai “hari yang sangat potensial untuk perdamaian Rusia dan Ukraina.”
Ancaman Sanksi
Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Friedrich Merz juga menyerukan sanksi berat terhadap Rusia jika tidak ada kemajuan nyata dalam perundingan.
Macron mengatakan bahwa sektor keuangan serta minyak dan gas menjadi sasaran potensial. Merz menegaskan bahwa “jika tidak ada kemajuan pekan ini, kami akan bekerja sama di tingkat Eropa untuk memperketat sanksi secara signifikan.”
Namun, diplomasi Eropa menghadapi hambatan. Meski Uni Eropa telah memberlakukan 16 paket sanksi terhadap Rusia sejak 2022, penambahan sanksi besar kini semakin sulit karena resistensi dari negara-negara seperti Hungaria, yang dikenal dekat dengan Rusia.
Para diplomat mengatakan tekanan dari pemerintahan Trump mungkin diperlukan untuk memaksa perubahan sikap, namun belum ada tanda-tanda ke arah itu.
Di medan perang, pertempuran antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut memasuki tahun ketiga sejak invasi Moskow pada Februari 2022. Kedua pihak dikabarkan tengah bersiap melancarkan kampanye militer musim semi dan musim panas di sepanjang garis depan sekitar 1.000 km.
Institute for the Study of War, lembaga think tank berbasis di Washington, menyatakan bahwa Rusia tengah mempercepat perekrutan pasukan garis depan untuk mempertahankan inisiatif militer.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan hadir dalam pertemuan Ankara. Utusan Khusus Presiden Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg, sebelumnya menyatakan bahwa Trump akan hadir langsung jika Putin memastikan keikutsertaannya, menandai kemungkinan pertemuan diplomatik paling signifikan sejak awal perang. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Zelensky Desak Trump Bantu Pastikan Putin Hadir di Pertemuan Turki