Ilustrasi. Foto: Dok istimewa
M Ilham Ramadhan Avisena • 18 June 2025 19:27
Jakarta: Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik. Kebijakan ini dinilai memberikan keseimbangan antara menjaga stabilitas ekonomi makro dan melindungi daya beli masyarakat.
Analis Kebijakan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menyebut kebijakan BI tersebut sebagai pendekatan win-win yang menguntungkan baik bagi dunia usaha maupun masyarakat.
"Tingkat suku bunga acuan sebesar 5,5 persen, satu sisi bisa mencegah capital outflow dan sisi yang lain bisa mempertahankan daya beli masyarakat," ujar Ajib saat dihubungi, Rabu, 18 Juni 2025.
Menurutnya, keputusan BI mencerminkan langkah yang hati-hati namun strategis dalam menjaga stabilitas likuiditas di tengah berbagai ketidakpastian yang belum mereda.
"Ini langkah konservatif yang win-win, buat dunia usaha maupun masyarakat. Karena tingkat ketidakpastian yang tinggi, serta menjaga likuiditas yang terukur di masyarakat," jelas dia.
Ajib menambahkan, konsistensi BI dalam menerapkan kebijakan moneter yang terukur diharapkan mampu menjaga proyeksi ekonomi Indonesia tetap berada pada jalur yang diharapkan, termasuk dalam hal pertumbuhan kredit, pengendalian inflasi, dan pemulihan ekonomi secara umum.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Sinergi kebijakan moneter dan fiskal
Lebih lanjut, Ajib menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan. Ia juga mendorong agar pemerintah fokus dalam merancang APBN yang pro terhadap penciptaan lapangan kerja berkualitas sebagai langkah pelengkap yang tepat.
"Terkait pernyataan Menteri Keuangan, cukup fokus dengan mendesain kebijakan fiskal yang pro dengan pertumbuhan ekonomi dan fokus menjadikan APBN sebagai
quality job creation," kata Ajib.
Diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa ketidakpastian dunia saat ini disebut bakal bersifat permanen dan mengubah tatanan global. Gejolak ekonomi, stabilitas geopolitik, hingga urusan keamanan tiap negara menjadi faktor pendorong utama terjadinya perubahan tersebut.
"Kita menyaksikan ketidakpastian ini akan lebih permanen. Karena sifat dari ketidakpastian itu sendiri bukan karena situasi yang sifatnya temporer, tetapi lebih kepada
shifting yang kemungkinan jangkanya menengah panjang," jelasnya di Jakarta, Rabu, 18 Juni 2025.
Sementara itu, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan, atau BI Rate di angka 5,50 persen. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025 yang sekaligus menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,25 persen.
"Keputusan ini sejalan dengan tetap terjaganya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen, kestabilan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, serta perlunya untuk tetap turut mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.