Intelijen AS Sebut Iran Persiapkan Penutupan Selat Hormuz dengan Ranjau

Sekitar 20 persen perdagangan minyak dan gas dunia melewati Selat Hormuz. (Anadolu Agency)

Intelijen AS Sebut Iran Persiapkan Penutupan Selat Hormuz dengan Ranjau

Willy Haryono • 2 July 2025 13:52

Washington: Militer Iran dilaporkan telah memuat ranjau laut ke kapal-kapal angkatan lautnya di Teluk Persia pada bulan lalu, sebagai bagian dari kemungkinan persiapan untuk menutup Selat Hormuz, salah satu jalur pelayaran minyak paling vital di dunia. Informasi ini diungkapkan oleh dua pejabat Amerika Serikat kepada media AS, berdasarkan intelijen yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

Menurut kedua pejabat yang berbicara secara anonim, langkah ini diambil hanya beberapa hari setelah Israel melancarkan serangan rudal ke Iran pada 13 Juni. Meski ranjau-ranjau itu belum dikerahkan langsung ke Selat Hormuz, pemuatan ke kapal militer dianggap sebagai sinyal serius bahwa Teheran mempertimbangkan opsi blokade total terhadap jalur pelayaran strategis tersebut.

Sekitar 20 persen perdagangan minyak dan gas dunia melewati Selat Hormuz. Penutupan selat ini berpotensi memicu lonjakan tajam harga energi global dan mengganggu arus perdagangan internasional secara signifikan. Namun hingga saat ini, harga minyak global justru mengalami penurunan lebih dari 10 persen sejak serangan udara AS ke fasilitas nuklir Iran, menandakan bahwa aktivitas pelayaran di selat tersebut belum terganggu secara drastis.

Langkah Iran Masih Belum Dikonfirmasi

Mengutip laporan Asia One, Rabu, 2 Juli 2025, parlemen Iran sebelumnya mendukung usulan untuk menutup Selat Hormuz pada 22 Juni, beberapa hari setelah serangan udara AS menghantam tiga fasilitas nuklir utama Iran. Namun, keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, dan belum jelas apakah ranjau-ranjau tersebut telah diturunkan kembali atau masih disiapkan untuk digunakan.

Pejabat AS tidak mengungkap secara rinci bagaimana intelijen tersebut diperoleh. Namun biasanya, informasi semacam itu berasal dari kombinasi citra satelit, sinyal elektronik, dan sumber manusia (HUMINT).

"Selat Hormuz tetap terbuka, kebebasan navigasi telah dipulihkan, dan Iran telah melemah secara signifikan," ujar seorang pejabat Gedung Putih, mengklaim keberhasilan operasi militer “Operation Midnight Hammer” yang digagas Presiden Donald Trump.

Departemen Pertahanan AS belum memberikan tanggapan resmi atas laporan ini, sementara misi Iran di PBB juga belum merespons permintaan konfirmasi dari media.

Selat Hormuz: Titik Genting Energi Dunia

Selat Hormuz terletak di antara Iran dan Oman, menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Lebarnya hanya sekitar 34 kilometer, dengan jalur pelayaran masing-masing selebar 3,2 kilometer. Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, dan Qatar sangat bergantung pada jalur ini untuk ekspor minyak dan gas mereka.

Iran sendiri juga mengekspor sebagian besar minyak mentahnya melalui selat ini. Oleh karena itu, upaya penutupan selat memiliki konsekuensi ekonomi yang signifikan bagi Teheran. Namun, menurut estimasi Badan Intelijen Pertahanan AS tahun 2019, Iran memiliki lebih dari 5.000 ranjau laut yang dapat dikerahkan dengan cepat menggunakan kapal cepat berukuran kecil.

Di sisi lain, Armada Kelima Angkatan Laut AS yang bermarkas di Bahrain memiliki tugas utama menjaga keamanan jalur perdagangan di kawasan tersebut. Seluruh kapal penjinak ranjau milik AS dilaporkan telah dipindahkan sementara dari Bahrain menjelang serangan udara ke Iran, sebagai tindakan antisipasi terhadap potensi serangan balasan ke markas militer mereka.

Iran membalas serangan AS dengan meluncurkan rudal secara terbatas ke pangkalan militer AS di Qatar. Namun menurut pejabat AS, kemungkinan aksi balasan lanjutan dari Teheran tetap terbuka. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Iran Ancam Tutup Selat Hormuz: Apa Dampaknya Bagi Dunia?

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)