India Setop Beli dari Rusia, Harga Minyak Dunia Langsung Meroket

Houston: Harga minyak dunia naik dari titik terendah dalam lima bulan terakhir pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB). Ini terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi berkomitmen untuk mengakhiri pembelian minyak mentah Rusia. Langkah tersebut dinilai dapat memperketat pasokan global.

Mengutip Yahoo Finance, Jumat, 17 Oktober 2025, minyak mentah Brent berjangka naik 0,8 persen dan diperdagangkan pada harga USD62,41 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berjangka naik satu persen menjadi USD58,89 per barel. Kedua harga acuan minyak mentah sempat berada di level terendah dalam lima bulan pada penutupan perdagangan Selasa.

Adapun, peningkatan harga minyak mentah global ini terjadi meskipun belum ada kepastian jadwal dari New Delhi dan belum ada pengumuman resmi yang dibuat oleh Pemerintah India.

Kementerian Luar Negeri India menanggapi dengan menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan energi dan stabilitas harga, serta mencatat akan terus melakukan diversifikasi sumbernya.

Bersama Tiongkok, India telah menjadi pembeli utama minyak Rusia yang didiskon, memanfaatkan mekanisme pembatasan harga G7 yang bertujuan membatasi pendapatan Moskow sambil mempertahankan pasokan global.
 

Baca juga: Harga Minyak Dunia Makin Murah Gegara Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok

(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

AS juga rayu Tiongkok

AS dilaporkan sedang mencoba membuat Tiongkok juga berhenti membeli minyak dari Moskow, dalam upaya untuk menekan Kremlin agar merundingkan kesepakatan damai di Ukraina.

Washington semakin vokal mengenai pembelian minyak Rusia yang berkelanjutan oleh India, dengan para pejabat senior AS menuduh perusahaan-perusahaan India mengambil untung dari diskon terkait perang tersebut.

Isu ini tetap menjadi titik gesekan utama dalam negosiasi perdagangan AS-India yang sedang berlangsung. Menteri Perdagangan India mengatakan negara tersebut memiliki kapasitas untuk meningkatkan impor minyak dari AS hingga USD15 miliar.