Jokowi Harap Arus Modal dan Investasi Bisa Meningkat Pasca-Pemilu

Presiden Joko Widodo. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden.

Jokowi Harap Arus Modal dan Investasi Bisa Meningkat Pasca-Pemilu

Fetry Wuryasti • 20 February 2024 12:23

Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) mensyukuri berjalan lancarnya perhelatan Pemilu, setelah kemarin investor dikatakan masih wait and see karena agak khawatir dengan politik yang memanas menjelang pelaksanaan pemilu. Dia berharap pascadilaksanakannya Pemilu, arus modal dan investasi bisa bergerak meningkat dan lebih baik lagi.
 
Namun dia meminta agar optimisme Indonesia menghadapi 2024 tetap harus disertai dengan kewaspadaan. Alasannya, geopolitik global masih tetap kurang baik, kurang kondusif, dimana perang masih berjalan di Ukraina dan di Gaza.
 
"Yang paling penting politik politik dalam negeri kita stabil," kata Jokowi saat memberi arahan pada Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.
 
Kestabilan politik dalam negeri, kata Jokowi, melegakan pelaku industri keuangan dan membangkitkan industri keuangan yang semakin kokoh untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
 
Jokowi merasa senang dengan laporan dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dimana industri keuangan resilien atau berdaya tahan.
 
Tingkat permodalan perbankan mencapai 27,69 persen (yoy), di atas negara-negara di kawasan. Kredit perbankan juga masih bisa tumbuh di 10,38 persen (yoy), di atas level pra pademi, dan ekonomi Indonesia juga tumbuh masih sangat baik yaitu 5,05 persen, dengan inflasi yang terjaga di 2,57 persen.
 
Cadangan devisa Indonesia masih di USD145,1 miliar, dengan neraca dagang surplus USD36 miliar atau sekitar Rp570 triliun. Current Account Defisit (CAD) juga surplus 0,16 persen
 
"Angka-angka seperti ini yang harusnya kita optimis terhadap ekonomi Indonesia di tahun 2024. Tapi tetap harus hati-hati, tetap harus waspada," kata Jokowi.
 
Penyebabnya, karena ekonomi global yang berubah sangat cepat, disrupsi teknologi yang masih terus terjadi, geopolitik juga belum jelas akan selesai kapan dan kemana.

Baca juga: Menperin: Produk Manufaktur Tetap Mendominasi Capaian Ekspor RI
 

Indonesia harus banyak belajar

 
Indonesia harus banyak belajar pada kasus-kasus masa lalu, baik pada krisis moneter 1998, Asia Financial Crisis, lalu krisis keuangan global 2008, dan juga di 2023 saat jatuhnya Silicon Valley Bank, yang mengharuskan industri sektor keuangan Indonesia berhati-hati dalam menjaga ekonomi.
 
Indonesia juga harus menjaga ekonomi agar inklusif dan berkelanjutan. OJK harus terus memperkuat inklusi dan literasi keuangan.
 
Tingkat inklusi keuangan Indonesia mendapai di angka 75 persen dan tingkat literasi keuangan masih di angka 65 persen di 2023. Tidak kalah penting juga, dukungan pemerintah terhadap UMKM melalui perbankan dan asuransi.
 
Kredit perbankan untuk UMKM saat ini masih di angka 19 persen. "Ini perlu terobosan dan strategi agar ada peningkatan kredit perbankan ke UMKM supaya UMKM Indonesia bisa tumbuh dengan baik," tutur Jokowi.
 
Presiden juga mengapresiasi penyempurnaan taksonomi keuangan berkelanjutan Indonesia yang diluncurkan oleh OJK. Sehingga inisiatif keuangan hijau dapat menyeimbangkan aspek ekonomi, aspek lingkungan dan inklusivitas.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)