Ilustrasi. Foto: Dok Medcom.id
Jakarta: Setara Institute menyoroti ajakan pemilihan umum (pemilu) damai yang kerap disuarakan. Sayangnya, hal itu dinilai masih sebatas jargon.
"Kampanye pemilu damai dan teduh terus disuarakan tetapi dengan nada yang menakutkan," kata Ketua Badan Pengurus Setara Institute Ismail Hasani dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 November 2023.
Ismail mengatakan ajakan damai menjadi isu demokrasi dan keadilan pemilu. Sebab, mengkritik kandidat dianggap bikin gaduh.
Selain itu, mendorong netralitas berpotensi berhadapan dengan hukum. Kemudian menjadikan isu pelanggaran konstitusi dan politik dinasti turut dianggap menyebar hoaks.
"Lalu, situasi damai dan teduh itu ditujukan untuk apa?" papar dosen hukum tata negara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Ismail menyebut aneka kejadian itu akan menjadi kegelisahan publik. Hal tersebut diprediksi akan terus mewarnai Pemilu 2024.
"Keprihatinan ini kini bertransformasi menjadi ketakutan dan teror demokrasi yang mengancam kebebasan sipil," ujar dia.
Ismail berharap fenomena itu bisa diredakan seminimal mungkin. Supaya peran pengawasan publik bisa berjalan tanpa dihantui perasaan was-was dan pesta demokrasi berjalan adil serta transparan.
"Karena benturan kepentingan akan menyulitkan wasit netral dan menjadi tuan rumah pertandingan yang ramah, meski berulang kali menjamu makan bersama," tutur dia.